CatatanCovered StoryRagam

5 Tahun yang Tidak Mudah: Akurasi.id dan Tantangan Bermedia

Loading

Penulis: Dirhanuddin, Chief Executive Officer (CEO) Akurasi.id

Dalam beberapa tahun kebelakang. Pertumbuhan media online terjadi begitu masif di Kalimantan Timur (Kaltim). Sebagaimana wabah Covid-19. Arus media online menggalir begitu deras. Hampir setiap orang dengan mudahnya membuat dan mendirikan perusahaan media daring. Laju ini seolah-olah tidak terbendung. Dari mereka yang dilahirkan dari rahim jurnalis hingga mereka yang entah dari mana asal usulnya, begitu cepat terjangkit wabah bermedia.

Jika pada penghujung 2017 lalu, jumlah mereka yang berlabelkan jurnalis masih berbilang jari jemari. Apalagi mereka yang menjadi pendiri dan pemilik media. Dulu, bahkan tergolong sangat sedikit dari mereka yang mau berprofesi sebagai jurnalis. Kondisi ini, tentunya bukan tanpa dasar. Gaji kecil. Tuntutan pekerjaan tinggi. Tidak adanya jam kerja yang pasti. Dan deretan tantangan lainnya. Membuat banyak orang berpikir berulang kali menjadi buruh dan kuli tinta.

Wajar jika kemudian muncul celetukan, mereka yang mampu bertahan sebagai jurnalis, ialah mereka yang bermental baja. Pernyataan ini memiliki latar belakang yang cukup kuat. Kaltim, merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alamnya. Sehingga hampir di setiap sisi kawasannya, jadi primadona industri pertambangan dan perkebunan. Ini menjadi magnet bagi masyarakat. Tidak hanya masyarakat Kaltim. Tetapi juga dari pulau-pulau lainnya. Gaji besar dan jam kerja yang terukur, membuat banyak orang ramai-ramai berburu lamaran di kedua sektor itu, ketimbang jadi wartawan.

Jasa SMK3 dan ISO

Akan tetapi, memasuki awal 2019, wabah bermedia dan berbisnis media, tumbuh bagaikan roket yang diluncurkan ke angkasa. Keterbukaan informasi yang begitu cepat telah mendorong setiap orang ramai-ramai mendirikan media daring. Mengapa hal demikian bisa terjadi?

Mudah dan Muarahnya Mendirikan Perusahaan Media

Untuk mendirikan media online tidak tergolong sulit. Dana yang dibutuhkan untuk itu pun tergolong sangat-sangat terjangkau. Pembuatan website dan akta notaris, tidak mencapai angka belasan juta, hanya jutaan. Situasi ini mendorong setiap jurnalis beramai-ramai mengalihkan pandangannya. Kondisi ini juga dimanfaatkan mereka yang bekerja di luar wilayah jurnalis. Dengan pertimbangan modal yang murah bagi mereka untuk berinvestasi.

Dalam 5 tahun terakhir misalnya, pertumbuhan media daring di Kaltim melonjak begitu signifikan. Saat ini, jumlah media online di Tanah Benua Etam, sebutan Kaltim, sudah mencapai sekitar 200-an media. Artinya, hampir semua kabupaten/kota di Kaltim setidak-tidaknya memiliki 10 sampai 20-an media daring. Ini terlepas dari apakah media-media itu telah memenuhi asas prosedural dan persyaratan layak media, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Baca Juga  Beberapa Perlengkapan Bayi Ini Tidak Perlu Dibeli

Fenomena bermedia ini tentunya lahir dengan banyak latar belakang. Keterbukaan Pemerintah Kaltim menjalin kerja sama pemberitaan dengan media. Mungkin yang paling utama atas beranak-pinaknya media daring. Lebih jauh dari itu, proses mendapatkan kerja sama pun dengan pemerintah sangat-sangat terbuka dan mudah. Nilai kontrak yang bisa diperoleh setiap media, juga cukup menjanjikan. Dengan berlandaskan memiliki website dan mempunyai dokumen kenotarisan. Maka kerja sama sudah bisa diteken.

Situasi ini pada dasarnya terbilang wajar. Mungkin salah satunya karena kesadaran pemerintah daerah akan pentingnya diseminasi informasi tergolong tinggi. Apalagi penyajian informasi berbasis media sosial (medsos) telah menjadi tren menjanjikan. Cepat dan mudah. Itu alasannya. Dengan smartphone sebagai kunci dan gerbangnya.

Tahun-Tahun Membangun Semangat Ber-akurasi.id

Sejatinya, pertumbuhan dan perkembangan media daring yang begitu masif tidaklah menjadi sebuah persoalan. Sebab, lambat laut, hal itu pun pasti akan terjadi. Lalu apa hubungannya dengan tantangan yang dihadapi media Akurasi.id?

2 Februari 2019, Akurasi.id resmi berdiri dan diluncurkan. Dengan markas utama kala itu dipusatkan di Kota Bontang. Awal 2019, pertumbuhan media daring belum begitu tinggi. Namun demam bermedia kala itu telah mulai tampak. Perlahan tapi pasti, mereka yang sebelumnya bekerja sebagai jurnalis di berbagai media cetak. Satu persatu mencari pelabuhan baru. Berbisnis media daring jadi primadonanya. Media Akurasi.id pun demikian. Para punggawa yang mendorong lahirnya media ini, hampir seluruhnya adalah eks dari karyawan dan jurnalis koran Bontang Pos.

Awal-awal 2019, wawasan banyak orang dalam bermedia daring belum begitu banyak. Tidak terkecuali kami di Akurasi.id. Proses mendirikan dan membangun iklim bisnis daring masih terbilang sangat awam. Akurasi.id masih begitu meraba-raba bagaimana membangun industri ini, sehingga bisa dipercaya dan disukai orang. Terutama dari aspek industri bisnisnya. Sudah menjadi hukum logis, di balik produk karya jurnalis, selalu ada industri bisnis yang harus menopangnya.

Di tengah keterbatasan pengetahuan akan bermedia daring dan berindustri secara online. Akurasi.id tumbuh secara perlahan dalam balutan optimisme. Karya-karya jurnalis yang coba disajikan secara lugas dan sederhana, perlahan memantik minat masyarakat untuk membacanya. Seiring waktu yang berjalan, nama media Akurasi.id juga mulai dikenal. Begitu juga dengan bagaimana membangun industri bisnisnya, pun mulai tampak, tidak lagi samar-samar.

2019, bagi Akurasi,id, adalah tahun berkarya. Hampir seluruh waktu tim yang tergabung didalamnya, habis untuk menelurkan karya-karya jurnalis. Dengan mengusung semangat menyajikan informasi yang Aktual dan Menginspirasi. Tidak lain merupakan akronim dari kata Akurasi itu sendiri. Semangat untuk terus bertumbuh lewat karya jurnalis dan pengembangan industri bisnis media, kala itu menggelora. Sampai tantangan baru bernama wabah Covid-19 menghinggapi awal 2020.

Baca Juga  Mafia Tambang Iringi Longsor Sangasanga 

Tahun yang Sulit dan Keterjatuhan Semangat Bermedia

Bagi banyak orang, awal 2020, tidak terbayang menjadi tahun yang akan membuat seluruh aktivitas sosial akan benar-benar lumpuh. Kala itu, kebanyakan orang mengira, jika Covid-19 tidak akan pernah menjadi wabah dan bahkan menjadi pandemi. Selayaknya penyakit yang datang dan hilang setiap tahunnya, orang-orang mengira Covid-19 pun demikian. Tidak terkecuali bagi Akurasi.id.

Semangat berkarya dengan terus menguatkan pondasi bisnis, pada tahun itu, menjadi roda media yang terus didorong secara perlahan. Namun semuanya mendadak tertahan dan menjadi sangat berat, tatkala Covid-19 berubah menjadi wabah dan pandemi. Rentetan kebijakan demi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai upaya pembatasan sosial. Telah memukul seluruh sektor. Tidak terkecuali sektor media.

Dari sisi karya jurnalis, memang tidak ada yang bisa membatasi dunia berkarya informasi. Namun di sisi lain, roda untuk mendorong karya itu terhenti dengan terjun bebasnya bisnis yang menyuplai bensi karya jurnalis. Covid-19, memukul ekonomi seluruh dunia. Indonesia pun demikian. Akibatnya, kerja sama bisnis yang menumbuhkan media, termasuk Akurasi.id. Perlahan hilang satu persatu. Baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Akibatnya, pendapatan Akurasi.id kala itu anjlok dan terjun bebas.

Situasi pandemi yang berkepanjangan. Memaksa Akurasi.id harus ikut tiarap. Produk-produk karya jurnalis otomatis ikut anjlok. Pilihan yang teramat dilematis harus Akurasi.id alami dan ambil untuk membuat roda perusahaan tidak terus bergerak turun. Melakukan efisiensi besar-besaran dengan pertaruhan kualitas karya jurnalis ikut anjlok. Kondisi ini, membuat banyak sumber daya manusia di Akurasi.id terpaksa harus dirumahkan hingga diberhentikan.

Pada satu fase, Akurasi.id bahkan diperhadapatkan pada pilihan untuk terus dilanjutkan atau dibubarkan. Tentu alasannya tidak jauh-jauh. Keuangan Akurasi.id kala itu benar-benar sudah compang-camping. Operasional tetap harus dijalankan. Sementara hampir-hampir tidak ada kerja sama apapun yang terjalin selama masa pandemi melanda pada 2020-2021 lalu.

Dengan semangat yang tersisa, kami terus mendorong Akurasi.id agar bisa bertahan dan keluar dari masa pandemi. Harapannya, memasuki 2022, roda ekonomi akan mulai perlahan membaik. Sehingga Akurasi.id dapat kembali membangun ulang industri bisnisnya.

Tantangan Baru Bernama Wabah Media Daring

Seiring waktu yang bergulir di 2022, semangat bermedia kembali tumbuh di Akurasi.id. Situasi ekonomi yang perlahan membaik dan pulih. Juga kembali membuka ruang kerja sama dan kolaborasi antara Akurasi.id dengan berbagai stakeholder. Baik di sektor pemerintahan maupun swasta. Dari berbagai kolaborasi dan kerja sama yang terjalin, perlahan-lahan, juga ikut menyuntik keuangan perusahaan.

Baca Juga  Road to Kilau Raya Siap Guncang Sidoarjo, Pesta Rakyat dengan Balutan Konser Megah

Namun, di tengah pergerakan positif itu. Muncul tantangan baru bernama wabah bermedia. Sekilas bila menelisik ke belakang, pertumbuhan media daring di Kaltim, terjadi secara masif. 2022 dan 2023, jadi tahun yang begitu luar biasa bagi masifnya pertumbuhan media online. Dari yang semula hanya berbilang jari jemari, angkanya kini sudah mencapai ratusan media. Pertumbuhan ini sejatinya tidak ada yang salah.

Akan tetapi, bila ditelisik lebih dalam. Merujuk pada hukum ekonomi tentang permintaan dan penawaran. Ketika jumlah media daring meningkat drastis, otomatis berdampak pada turunnya harga dan nilai dari kerja sama informasi dengan stakeholder. Gurita media daring ini, membuat harga pasar menjadi tidak terkendali. Setiap pemilik media, berlomba-lomba menawarkan harga yang paling rendah.

Akibatnya, kesehatan berbisnis media menjadi terganggu. Dampaknya, kualitas karya jurnalistik diabaikan. Sehingga kepercayaan masyarakat dan mereka yang ingin menyebarluaskan informasinya melalui kerja sama media, ikut amblas. Kondisi ini pun memaksa Akurasi.id untuk terus melakukan inovasi bisnis. Selain menjaga mutu dan kualitas karya jurnalis. Mengembangkan bisnis-bisnis lain yang bisa mendukung pendanaan pun harus dilakukan.

Terlepas dari itu semua, arus pertumbuhan media daring yang terlalu besar tanpa diikuti penguatan aturan. Telah mendorong para pelaku media menjadi abai dan ugal-ugalan dengan karya jurnalistiknya. Tentang pentingnya membangun standar pemberitaan dan informasi yang akurat, aktual, dan berbasiskan data, juga terabaikan. Begitu juga dalam menyiapkan pemberitaan yang edukatif. Akibatnya, standar informasi yang didapatkan masyarakat menjadi tidak karu-karuan. Di sisi lain, pengembangan bisnis media yang profesional dan tertata, pun menjadi sangat terabaikan.

Sebagai sebuah platform media dan bisnis, Akurasi.id mencoba mengusung semangat Terus Bertumbuh dan Berinovasi, dalam menyongsong usia yang ke 5 tahun. Melihat perkembangan informasi kedepannya, tentu, akan semakin banyak tantangan yang dihadapi. Namun dengan keyakinan membangun Tim Super Kawan, Akurasi.id memiliki keyakinan, berbagai tantangan yang nantinya hadir, akan dapat dilalui dengan menguatkan kerja sama tim, inovasi, dan terbuka dengan perubahan. Atau dalam istilah keren dan kekiniannya, Together We Are Stronger.

Terima kasih untuk seluruh tim yang telah datang dan berganti selama 5 tahun ini. Terima kasih untuk semua tim yang tidak letihnya terus berjalan menyusuri jalan-jalan stapak yang penuh semak belukar. Menuju 5 tahun ini, yakin Akurasi.id akan terus bertumbuh dan berinovasi. (*)

Editor: Fajri Sunaryo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button