Covered Story

Wajah Pendidikan Pulau Gusung: Kala Satu-Satunya Sekolah “Panggung” Mimpi Puluhan Anak Pesisir Itu Runtuh (2)

Loading

Wajah Pendidikan Pulau Gusung: Kala Satu-Satunya Sekolah “Panggung” Mimpi Puluhan Anak Pesisir Itu Runtuh (2
Para pelajar SDN 011 Bontang Utara dibantu warga sekitar mengevakuasi barang yang tersisa dari sekolah yang roboh. (Redaksi Akurasi.id)

Pendidikan menjadi panggung mimpi setiap anak. Rumah di mana segala cita-cita bebas digantung dan ditabur. Begitu pun yang hendak dilakukan anak-anak Pulau Gusung. Di bawah atap sekolah satu-satunya yang telah runtuh di pulau itu, mimpi anak-anak Pulau Gusung pun disematkan.

Akurasi.id,Bontang – Tepat hari Sabtu, 22 Mei 2021 sore itu. Langit senja di Pulau Gusung tertutup awan kelabu. Seolah menjadi isyarat nyata akan runtuhnya sekolah itu. Sekolah satu-satunya itu roboh. Warga yang berada di sekitar lokasi dikagetkan dengan kejadian itu. Saat itu, kondisi air sedang pasang. Semua warga dan anak-anak berlarian menuju lokasi. Penjaga sekolah yang juga berada di lokasi, dengan panik mengambil ponselnya. Lalu menghubungi Kepala Sekolah, Paujiah.

“Halo, Assalamualaikum, Bu,” ucap penjaga sekolah dengan nada getir.

“Iya, ada apa,” jawab Paujiah.

Jasa SMK3 dan ISO

“ Bu, sekolah anak-anak roboh, bangunan sudah terendam banjir,” kata penjaga sekolah.

Paujiah yang mendengar itu, tak bisa menahan tangis. Perlahan bulir air mata membasahi pipinya. Dalam benaknya hanya terpikir masa depan anak-anak didiknya. “Di mana lagi mereka akan belajar,” ucap haru Paujiah.

Ruang kelas 4, 5, dan 6 kini sudah menyentuh daratan. Sementara ruang kantor, dan perpustakaan kondisinya sangat memprihatinkan. Miring hingga 45 derajat. Fasilitas di dalamnya, seperti meja, kursi, hingga papan tulis juga sudah hancur. Di bangunan yang kedua, yakni ruang kelas 1, 2, dan 3, juga dalam kondisi miring. Sehingga berbahaya apabila digunakan untuk tempat belajar.

Keesokan harinya, Minggu 23 Mei 2021, Paujiah, Ismail, dan guru lain datang mengunjungi sekolah. Mereka dibantu anak-anak dan warga sekitar, mencoba menyelamatkan beberapa barang yang masih bisa dipakai. “Tidak banyak yang bisa kami selamatkan. Kursi dan meja yang terbuat dari serbuk kayu, semua hancur karena tergenang air,” ujarnya.

Paujiah dan guru lain pun mencari solusi, agar anak didiknya tetap belajar. Mereka lalu meminta izin ke ketua RT setempat untuk menggunakan Balai Pertemuan Umum (BPU) sebagai alternatif menjadi tempat kegiatan belajar mengajar yang baru. Ketua RT pun memberi izin. Senin 24 Mei 2021, kegiatan belajar mengajar kembali dilakukan.

BPU tempat mereka belajar hanya seluas 8×15 meter. Kelas 1 hingga kelas 6 belajar bersamaan dalam satu ruangan, dengan materi berbeda tanpa penyekat ruangan. Ada total 64 anak didik. Mereka semua harus berbagi tempat satu sama lain. Setiap murid kelas diarahkan membuat lingkaran, menghadap wali guru masing-masing. Seolah sedang ada kegiatan kerja kelompok di ruangan itu.

Dengan mayoritas siswa dan siswi masih terbilang anak-anak. Tentu, hal tersebut membuat suasana belajar tidak kondusif. Suara bising teriakan anak-anak menggema di seisi ruangan. Belum lagi ada siswa yang berlarian. Sudah barang pasti membuat guru kewalahan.

“Kalau ruang BPU itu digunakan oleh warga, kami harus mengalah. Dan belajar di gazebo atau pondok yang berada di sekitar pulau,” ucap Paujiah. Karena kantor dan perpustakaan sekolah itu tak bisa digunakan lagi, Paujiah dan guru tata usaha hanya bisa menunggu di teras BPU. Menunggu sampai pembelajaran selesai.

“Kami yang tidak mengajar, cuman bisa nunggu di teras, sampai selesai,” katanya. Besar harapan bagi Paujiah, sekolah yang selama ini menjadi penggung mimpi anak-anak pesisir Pulau Gusung itu, segera dibangun kembali.

Kilas Sejarah Berdirinya Pendidikan Pulau Gusung

Wajah Pendidikan Pulau Gusung: Kala Satu-Satunya Sekolah “Panggung” Mimpi Puluhan Anak Pesisir Itu Runtuh (2)
Guru SDN 011 Bontang Utara, Ismail berada di depan bangunan sekolah yang roboh. (Fajri/Akurasi.id)

SDN 011 Bontang Utara, yang berada di Pulau Gusung, pertama kali didirikan tahun 2000 silam. Kegiatan belajar mengajar mulanya dilakukan di musala Pulau Gusung. Siswa di tahun itu hanya berkisar belasan orang. Memulai pendidikan di jenjang sekolah dasar memang menjadi problem bagi masyarakat yang tinggal di pesisir dan kepulauan.

Rata-rata, anak-anak yang tinggal di pulau lebih memilih ikut melaut bersama orang tuanya. Sebab itu, untuk menerangkan pentingnya pendidikan, menjadi tantangan tersendiri bagi Ismail dan kawan guru lainnya. Apalagi, sekolah yang tidak didukung sarana dan prasarana yang memadai. Warga sekitar berpikir dua kali untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Guru SDN 011 Gusung, Ismail mengatakan, minat belajar di daerah itu mulai tumbuh di tahun 2002. Pulau Gusung mendapat bantuan CSR dari Pupuk Kaltim. Mereka membangunkan sekolah di bagian barat pulau. Tepat berada di tepi pantai. Bangunan seluas 8×30 meter dibangun di atas pulau. Dengan balok ulin sebagai penompangnya.

Setiap ruangan disekat dengan lebar 6 meter dan panjang 5 meter. Menyisakan 2 meter untuk teras sekolah. Ada 5 ruangan, yakni ruang kantor, perpustakaan, ruang kelas 4, 5, dan 6. Bangunan itu memiliki dasar lantai dari kayu. Dengan dinding dari kayu juga. Sementara penyekat ruangan dari pliwot.

Layaknya sekolah pada umumnya, setiap ruangan diisi meja dan kursi kayu untuk siswa. Juga terdapat papan tulis, meja, dan kursi guru. Mulanya anak kelas satu hingga enam belajar bersama menggunakan 3 ruang kelas itu. Mereka secara bergantian menempati ruangan. Pembelajaran dilakukan seperti biasa. Dari pukul 07.00-12.00 setiap Senin-Jumat.

“Tahun 2002, saat sekolah baru dibangun langsung banyak siswa yang mendaftar. Tentu kami juga merasa senang,” ujar Ismail kala berbagi cerita kepada media ini, Senin 19 Juli 2021.

Kemudian, tahun 2006 Pupuk Kaltim kembali membangun bangunan baru. Pasalnya, di sekolah itu sempat menampung 80 siswa dari kelas 1-6. Pada tahun ajaran 2004-2005. Ruang kelas 1, 2, dan 3 dibangun di sisi kanan bangunan pertama. Luas keseluruhan bangunannya 8×15 meter. Luas ruangan setiap kelas sama dengan bangunan pertama, memiliki lebar 6 meter dan panjang 5 meter. Juga menyisakan teras selebar 2 meter.

Kata Ismail, selama berdirinya sekolah, tak ada bantuan dari pemerintah setempat. Semua sarana dan prasarana sekolah merupakan bantuan CSR dari Pupuk Kaltim. Adapun bantuan dari pemerintah, hanya berupa renofasi sekolah, seperti pengecetan dan penggantian fasilitas yang rusak. Itu juga diambil dari anggaran sekolahan.

Hingga akhir tahun 2019 bangunan sekolah itu mengalami kemiringan akibat pengikisan abrasi laut. Demi menjaga keamanan siswa dan siswi. Proses pembelajaran dipindah ke teras sekolah. Pembelajaran di teras berlangsung hinggan Mei 2021.

Menanti Asa Pembangunan Pendidikan Pulau Gusung dari Pemerintah Bontang

Sebagai informasi, adapun rincian anak didik SDN 011. Yakni, kelas satu berjumlah 7 anak dengan rincian 3 orang laki-laki, 4 perempuan. Kelas dua ada 17 anak, 8 laki-laki dan 9 perempuan. Kelas tiga ada 14, laki-laki 7 dan perempuan 7 orang. Kelas empat terdapat 9 anak, dengan 4 laki-laki dan 5 perempuan.

Kemudian untuk kelas lima ada enam, 4 orang laki-laki dan 2 perempuan. Dan kelas enam ada 11 anak, laki-laki 6 dan perempuan 5 orang. Sementara total pegawai yang ada di SDN 011 ada 12 orang. Dengan rincian, kepala sekolah 1 orang, guru 7 orang, tata usaha 1 orang, cleaning service 1 orang, penjaga sekolah 1 orang, dan operator kapal 1 orang.

Sebenarnya, Pemkot Bontang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) sudah berencana merelokasi sekolah atau sarana pendidikan Pulau Gusung itu sejak 2020. Kendati demikian, rencana relokasi ini akhirnya tertunda. Pasalnya, awal 2020 lalu pandemi melanda. Pemerintah melakukan refocusing.

Anggaran membangun sekolah di Gusung ditiadakan. Padahal Disdikbud sudah membuat gambaran sekolah, beserta asumsi anggaran yang dibutuhkan untuk keseluruhan mencapai sekitar Rp5 miliar. Rencananya, anggaran Rp5 miliar itu mencakup 6 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, kantin, musala, hingga sarana olahraga.

Kemudian, posisi sekolah yang semula berada di barat Pulau Gusung, rencananya akan diubah ke dekat dermaga, tepat sebelah kiri jembatan masuk pulau. Dari informasi terbaru yang didapat media ini, pihak pemerintah akan melakukan pembangunan secara bertahap. Saat ini, pemerintah telah menyiapkan Rp1,1 miliar untuk membangun SD Negeri 011 Pulau Gusung.

Kini proses sudah dalam tahap pembuatan rencana kerja dan anggaran (RKA). Bila tak ada kendala, akhir Juli ini pembangunan gedung sekolah atau pendidikan Pulau Gusung sudah masuk tahap lelang. Dari Rp1,1 miliar itu, Rp100 juta untuk pengawasan dan Rp1 miliar untuk pembangunan fisik. Setidaknya 3 ruang kelas akan dibangun terlebih dahulu. Diproyeksi, pada September-Desember 2021 pembangunan sudah bisa dilakukan. Sehingga akhir tahun ini bangunan sudah jadi. (Baca lanjutannya: Peliknnya Kehidupan Pulau Gusung: Barang Langka Bernama Air Bersih dan Listrik yang Terseok-Seok). (*)

Tim Peliput: Fajri Sunaryo, Muhammad Budi Kurniawan
Penulis Utama: Fajri Sunaryo
Editor: Dirhanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button