Pertempuran di Gaza Memanas, Ribuan Warga Palestina Mengungsi
Pertempuran Gaza Memanas, 450.000 Warga Palestina Mengungsi dan Kerugian Besar di Kedua Pihak
Akurasi.id. Gaza, 15 Mei 2024 – Situasi di Gaza semakin memanas dengan intensitas pertempuran yang terus meningkat antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan faksi-faksi perlawanan Palestina. Selama beberapa hari terakhir, operasi militer besar-besaran yang dilakukan oleh IDF di wilayah Gaza telah memaksa ribuan warga Palestina untuk mengungsi, menciptakan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Brigade Al-Qassam Pimpin Perlawanan di Rafah
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, memainkan peran utama dalam perlawanan terhadap serangan Israel di Rafah. Pada 12 Mei 2024, mereka melancarkan serangan besar-besaran terhadap tank Merkava Israel menggunakan peluru al-Yassin 105. Serangan ini berhasil menewaskan beberapa tentara Israel dan menghancurkan kendaraan militer mereka.
Dalam operasi di kamp Jabalia, Brigade Al-Qassam menargetkan pasukan khusus IDF yang ditempatkan di sebuah rumah. Dengan menggunakan peluru anti-infanteri dan Alat Peledak Improvisasi (IED) jenis Raad, mereka berhasil menewaskan beberapa tentara Israel yang berusaha melarikan diri. Selain itu, mereka juga menyerang kendaraan lapis baja Israel yang mencoba menyelamatkan korban, menggunakan peluru al-Yassin 105 dan bahan peledak Shawaz.
PBB: 450.000 Warga Palestina Mengungsi dari Rafah
Menurut laporan dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), sekitar 450.000 warga Palestina telah meninggalkan Rafah dalam sepekan terakhir akibat serangan intensif yang dilakukan oleh pasukan Israel. Sebelum serangan ini, sekitar 1,3 juta orang tinggal di Rafah. Serangan yang disebut sebagai operasi besar oleh Israel ini bertujuan untuk menghancurkan benteng terakhir Hamas.
Selain di Rafah, pertempuran juga terjadi di Gaza Utara, di mana IDF melancarkan operasi militer besar sejak awal perang. Perintah evakuasi yang dikeluarkan pada 11 Mei 2024 menyebabkan sekitar 100.000 orang mengungsi dari wilayah tersebut.
Kerugian Besar di Kedua Belah Pihak
Otoritas kesehatan Jalur Gaza melaporkan bahwa pengeboman dan operasi darat Israel selama tujuh bulan terakhir telah menewaskan lebih dari 35.000 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 160 fasilitas UNRWA telah rusak dan 191 staf PBB tewas dalam konflik yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Di sisi lain, militer Israel juga mengakui mengalami kerugian signifikan. Sejak dimulainya perang, 615 tentara Israel telah tewas, dan 3.361 lainnya terluka, termasuk 520 yang mengalami luka kritis. Pertempuran terbaru di Gaza timur dan Rafah selatan juga menyebabkan 13 tentara Israel terluka, dengan empat di antaranya dalam kondisi kritis.
Kondisi Kemanusiaan Memburuk
Di tengah konflik yang semakin intens, krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk. PBB memperingatkan bahwa sekitar 1,1 juta warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi kelaparan parah. Situasi semakin kritis dengan tidak adanya pasokan makanan yang masuk melalui penyeberangan perbatasan utama di Gaza Selatan selama sepekan terakhir.
Warga Israel, meskipun merayakan Hari Kemerdekaan mereka, melakukannya dengan suasana yang lebih tenang dan terbatas, mengingat situasi perang yang sedang berlangsung. Pesta kembang api dibatalkan di seluruh negeri, dan banyak kota mengurangi pesta jalanan.
Serangan terhadap Fasilitas PBB
Serangan Israel tidak hanya menargetkan militan Hamas tetapi juga fasilitas yang dikelola oleh PBB. Pada 14 Mei 2024, sebuah sekolah yang dikelola UNRWA di Gaza tengah diserang, menewaskan 15 orang, termasuk empat polisi Hamas. Israel mengklaim bahwa sekolah tersebut digunakan sebagai pusat komando oleh Hamas, namun tuduhan ini dibantah oleh UNRWA.
Konflik yang terus berlangsung ini menimbulkan dampak besar tidak hanya bagi pihak yang bertikai tetapi juga bagi warga sipil yang terjebak di tengah pertempuran. Dengan ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal dan ancaman kelaparan yang meningkat, krisis kemanusiaan di Gaza memerlukan perhatian dan aksi cepat dari komunitas internasional untuk mencegah bencana yang lebih besar.(*)
Penulis: Ani
Editor: Ani