Covered Story

Plus Minus Bandara APT Pranoto Terhadap Inflasi Kaltim

Loading

Plus Minus Bandara APT Pranoto Terhadap Inflasi Kaltim

Akurasi.id – Kamis, 25 Oktober 2018 menjadi sejarah tersendiri bagi dunia penerbangan di Kota Samarinda. Sebab, mimpi besar masyarakat Kota Tepian selama 32 tahun untuk memiliki bandar udara (bandara) yang terpusat di Ibu Kota Kaltim dan melayani penerbangan domestik akhirnya dapat diwujudkan.

Sebuah bandara dengan nama Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto resmi mengudara sejak hari itu. Bandara yang berlokasi di Sungai Siring, Jalan Poros Samarinda-Bontang itu berdiri kokoh di atas lahan seluas 13 hektare.

Memiliki runway 2.250 meter kali 45 meter dengan taxiway 173 meter kali 23 meter serta hanggar seluas 36.342,4 meter persegi, Bandara APT Pranoto bahkan digadang-gadang oleh Awang Faroek Ishak yang menjabat Gubernur Kaltim ketika itu sebagai bandara internasional setelah Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan.

Nama Bandara APT Pranoto sendiri kian harum setelah orang nomor satu di negeri ini, Presiden Joko Widodo menginjakkan kakinya untuk meresmikan bandara tersebut pada Oktober tahun lalu. Sebuah sejarah manis bahkan ikut terukir di bandara itu, karena pesawat kepresidenan turut melandas di atas bandara yang dibangun dengan dana Rp 1,8 triliun itu.

Jasa SMK3 dan ISO

Terbukanya Penerbangan Antarpulau

“Ini perintah Pak Menhub. Saya minta maksimal dua minggu setelah diresmikan, bandara ini bisa melayani penerbangan komersial, baik Samarinda-Jakarta maupun Samarinda-Surabaya. Maskapainya, terserah saja, mau Garuda Indonesia maupun Lion Air dan lainnya,” sederet kalimat itu dilontarkan Presiden Jokowi kepada Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, saat meresmikan Bandara APT Pranoto Samarinda akhir Otktober 2018 lalu.

Baca Juga  Grup Wagner: Di Balik Layar Organisasi Tentara Bayaran Bayangan Rusia

Seruan orang nomor satu di tanah air itu menjadi pukulan gong besar bagi terbukanya pelayanan penerbangan domestik di Bandara APT Pranoto Samarinda. Apalagi ketika itu, Presiden Jokowi menekankan agar penerbangan antarpulau dibuka paling lambat dalam kurun dua minggu pasca bandara diresmikan.

Terbukti, terhitung tanggal 21 November 2018, satu persatu maskapai membuka rute penerbangan di Bandara APT Pranoto. Mulai dari Batik Air, Lion Air, hingga maskapai Garuda Indonesia mendaratkan roda di Bandara APT Pranoto. Mulai rute penerbangan Samarinda-Jakarta, Samarinda-Surabaya, dan Samarinda-Yogyakarta telah dilayani setiap maskapai dalam dua bulan terakhir.

Plus Minus Bandara APT Pranoto Terhadap Inflasi Kaltim

Ketika Hukum Ekonomi Berlaku

Beroperasinya sejumlah maskapai penerbangan dan dibukanya rute penerbangan di sejumlah daerah, khususnya di pulau Jawa, seakan membawa virus “demam” penerbangan bagi masyarakat yang ada di Samarinda, Kutai Timur, Bontang, dan Kutai Kartanegara.

Jika selama ini pelayanan transportasi udara hanya terfokus di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, dibukanya penerbangan di Bandara APT Pranoto tak pelak mengalihkan konsentrasi masyarakat. Alasannya sederhana, masyarakat kini dapat menghemat biaya, waktu, dan jarak dengan beroperasinya Bandara APT Pranoto.

Akan tetapi, kondisi itu berdampak pada melonjaknya harga jual tiket dihampir semua maskapai penerbangan. Puncaknya terjadi pada hari libur Natal dan Tahun Baru pada Desember 2018 lalu. Ya, nyaris semua harga tiket maskapai penerbangan melonjak drastis.

Baca Juga  Menko Polhukam Serukan Toleransi Pasca Pembubaran Paksa Ibadah Mahasiswa di Tangsel

Seperti biaya penerbangan rute Samarinda-Jakarta pada Desember 2018, dikenakan tarif sedikitnya Rp 1,3 juta. Nilai terendah didapat bila terbang via Batik Air pada 18-19 Desember. Maskapai lain pada periode yang sama sudah menetapkan diangka Rp 1,5 juta sampai Rp 2,2 juta.

Namun belakangan harga tiket pesawat Samarinda-Jakarta mencapai Rp 2,1 juta. Dibanding rute dengan tujuan sama dari Balikpapan, harga tiket dari Samarinda terbilang lebih mahal Rp 250 ribu. Meski begitu, Gubernur Kaltim Isran Noor, ketika itu menilai kenaikkan harga tiket itu wajar.

Menurutnya, pada momen-momen tertentu seperti hari Natal, Tahun Baru, ataupun libur Idulfitri dan Iduladha maupun hari libur nasional lainnya, kenaikkan harga tiket itu sudah biasa. Kendati demikian, ketika itu Isran tetap mengingatkan agar para maskapai penerbangan tidak menaikkan harga melebihi ketentuan batas atas.

Di sisi lain, dikatakan Isran, ketika permintaan tinggi terhadap suatu komoditas, sementara kuota terbatas, maka pada dasarnya hukum ekonomi akan berlaku. “Tapi enggak apa-apa, namanya musiman kan biasa. Namanya hari Natal, Tahun Baru, kebetulan libur sekolah, tentu permintaan tinggi. Berlakulah hukum ekonomi,” ujar Isran.

Angkutan Udara Picu Inflasi Daerah

Bank Indonesia (BI) Wilayah Kaltim merilis, setelah mengalami deflasi selama 3 bulan berturut-turut, pada bulan Desember 2018 Kaltim tercatat mengalami inflasi sebesar 0,54 persen. Capaian Inflasi Kaltim periode ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,62 persen.

Baca Juga  Brutalnya Covid-19, 22.027 Pekerja di PHK, 10 Hotel Tutup, Ledakan Pengangguran Hantui Kaltim

Dari data itu, inflasi bersumber dari kenaikkan harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,71 persen serta transportasi dan komunikasi sebesar 1,84 persen. Diakui jajaran BI Kaltim, tarif angkutan udara menjadi faktor utama yang mendorong inflasi kelompok transportasi dan komunikasi.

Kenaikkan tarif angkutan udara telah terjadi secara bertahap sejak minggu pertama bulan Desember 2018 sehingga mencapai tarif batas atasnya. “Kebutuhan masyarakat Kaltim yang tinggi akan transportasi udara menjadi penyebab tingginya harga tiket pesawat,” ungkap Kepala BI Wilayah Kaltim, Muhamad Nur.

Nur menerangkan, adapun inflasi bahan makanan disebabkan oleh komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras. Inflasi komoditas bawang merah disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari wilayah sentra, terutama dari Kabupaten Enrekang.

“Karena distribusi yang difokuskan ke wilayah bermayoritas penduduk nasrani untuk kebutuhan Hari Raya Natal. Di samping itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan bawang merah mudah rusak,” tuturnya.

Berdasarkan kota pembentuknya, Kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,30 persen yang disebabkan oleh daging ayam ras. Sementara itu, di Kota Balikpapan inflasi tercatat sebesar 0,86 persen yang didorong oleh kenaikkan harga tiket pesawat.

“Pada bulan Januari 2018, tekanan inflasi diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2018. Konsumsi masyarakat diperkirkaan akan berangsur normal paska libur sekolah dan Hari Raya Natal,”  tandas Nur. (*)

Penulis: Muhammad Aris
Editor: Yusuf Arafah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button