Covered Story

Potret Pendidikan Pulau Gusung: Asa Anak Pesisir Menabur Mimpi, Rubuhnya Sekolah Tak Menghalangi (1)

Loading

Potret Pendidikan Pulau Gusung: Asa Anak Pesisir Menabur Mimpi, Rubuhnya Sekolah Tak Menghalangi (1)
Tampak para siswa dan siswi SDN 011 Bontang Utara, Pulau Gusung, sedang bermain bersama sembari menunggu kedatangan guru di teras Balai Pertemuan Umum. (Fajri/Akurasi.id)

Mimpi yang menabur dalam tidur menjadi pelita anak-anak Pulau Gusung. Menggantungkan mimpi mereka setinggi mungkin. Walau langkah mereka masih berpijak di bawah atap balai. Selepas gedung sekolah mereka, SDN 011 Bontang Utara, rata termakan zaman.

Akurasi.id, Bontang – Bunyi ketukan pintu begitu keras, membuat Olivia (8) terbangun dari tidur lelapnya. Lengkingan suara Selviana (25) ibunya memanggil berkali-kali, dia pun menyahut seadanya, karena matanya masih enggan terbuka. Ibunya semakin menggedor-gedor pintu kamar tiada henti, kemudian Olivia melirik ke samping, adiknya yang berusia empat tahun itu masih nyaman dengan posisi tidurnya, matanya masih terpejam. Tak sedikitpun ia terganggu dengan suara ibu mereka.

Dengan langkah terseret Olivia mendekati pintu kayu kamarnya, kemudian membukanya. Sesosok perempuan setengah baya menatap dengan penuh kasih sayang. Deretan gigi ibunya itu terlihat rapi saat tersenyum sambil berbicara pada Olivia. “Bangun nak, sudah pagi, waktunya sekolah,” ucap Selviana kepada anak sulungnya itu.

Dengan langkah gontai, Olivia berjalan menuju kamar mandi, membasuh muka, lalu mengambil satu gayung penuh air menyirami sekujur tubuhnya. Sembari anak sulungnya mandi, Selviana berkeliaran di dapur, menanak nasi untuk sarapan sebelum Olivia berangkat sekolah. Tak lupa, ibunya itu mempersiapkan seragam yang akan dikenakan anaknya.

Jasa SMK3 dan ISO

Selepas mandi, Oliv, sapaan akrabnya, kemudian memakai baju putih dengan rapi, dipadukan rok berwarna merah, dan kerudung putih. Dia kemudian beranjak menuju dapur, mengambil makanan yang sudah disiapkan ibunya. Lalu menyantapnya di ruang tamu, ditemani siaran televisi andalannya (Spongebob).

Jarum jam menunjukkan pukul 06.30 Wita, matahari tegak sepenggal berpijar di petala langit. Di depan rumah Oliv terdengar suara tak asing. “Oliv. Oliv. Oliv. Ayok berangkat sekolah,” seru Yulia dan Salsabila meneriakkan nama sahabatnya itu. Membuat Oliv menyantap makanan dengan buru-buru. “Iya, sebentar,” jawab Oliv dari dalam rumah.

Oliv kemudian bergegas menuju teras rumah, membuka pintu. Dia lalu duduk di kursi kayu, membungkus kaki mungilnya dengan kaos kaki berwarna putih, dan dibalut sepatu warna hitam. Sebelum berangkat, tak lupa Oliv berpamitan dengan ibu dan ayahnya.

“Berangkat dulu ya bu, pak,” kata Oliv sembari mencium tangan kedua orang tuanya. “Hati-Hati ya sayang,” ucap ibu dan ayahnya. Bocah itu pun mengangguk-angguk. Dengan tas di punggung, anak-anak masa depan bangsa itu berjalan meninggalkan rumah kedamaian menuju rumah pengetahuan.

Baca Juga  Jokowi Terbitkan PP 94/2021, Atur Ragam Hukuman Disiplin ASN, BKD Kaltim Tunggu Juknis

Pagi itu suasana terasa lembut. Semilir hembusan angin dan suara deburan ombak, mengiringi langkah anggun bocah kelas dua SDN 011 Bontang Utara itu. Melewati papan ulin, Olivia dan kedua sahabatnya berjalan ke arah utara bibir pantai. Bukannya menuju sekolahan, mereka malah berbelok menuju Balai Pertemuan Umum (BPU) yang berada tak jauh dari rumah Oliv.

Di halaman BPU sudah menunggu teman sebayanya yang lain. Mereka kemudian beriringan menuju dermaga. Menunggu kedatangan guru untuk memberikan pelajaran. Tak berselang lama, sekira pukul 07.00 Wita. Perahu kayu yang dikendarai gurunya tiba di dermaga. Oliv beserta yang lainnya pun menyambut dengan ceria.

Proses pembelajaran hari itu berlangsung cepat. Berakhir dengan pemberian lembar kerja siswa, untuk dikumpulkan pekan depannya. Oliv dan sahabatnya tak lupa berpamitan sebelum meninggalkan ruang BPU tempat mereka belajar.

Kemudian bergegas kembali ke rumah. Berganti pakaian, dan melanjutkan bermain di pesisir pantai. Oliv yang bercita-cita menjadi dokter gigi tetap memilih bertahan, meski dengan kondisi yang kurang layak. Rencananya, selepas tamat bangku SD. Oliv ingin melanjutkan SMP di Kota Bontang.

Karena di pulau itu hanya ada satu sekolah, mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan saat mereka telah menyelesaikan tingkat SD. Jika ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), maka mereka harus merantau ke kota.

Baca Juga  Badai Defisit Jadi Kambing Hitam Distribusi Air Bersih (2)

Kisah Para Guru Menyulam Harapan Anak Pesisir

Potret Pendidikan Pulau Gusung: Asa Anak Pesisir Menabur Mimpi, Rubuhnya Sekolah Tak Menghalangi (1)
Para siswa dan guru SDN 011 Bontang Utara, Pulau Gusung, saat mengunjungi bangunan sekolah mereka yang rubuh. (Fajri/Akurasi.id)

Dering suara alarm membangunkan Ismail dari tidur lelapnya. Sesaat kemudian, kumandang adzan subuh bergema. Ismail bergegas mengambil wudu kemudian menunaikan ibadah salat subuh. Selepas salat, Ismail duduk termangu menatap layar ponselnya. Memperhatikan waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 Wita. Dia pun bergegas mandi dan berganti pakaian.

Mengenakan seragam khas pegawai negeri sipil, Ismail lalu menyantap sarapan yang sudah disiapkan isterinya. Tak lupa seseruput kopi menjadi pengantar sebelum meninggalkan rumah. Sebelum pukul 07.00 Wita, Ismail sudah beranjak meninggalkan rumahnya. Mengendarai sepeda motor, dia lalu menuju Pelabuhan Tanjung Limau, Bontang. Di sana ternyata sudah ada guru dan pegawai lain yang menunggu.

Ya, mereka adalah pegawai dan guru di SDN 011, RT 03, Pulau Gusung, Kelurahan Guntung, Bontang Utara. Setiap harinya mereka biasa berkumpul di pelabuhan itu, sebelum berangkat ke pulau.

Jarum jam menunjukkan pukul 07.00 Wita. Matahari kian meninggi. Suara mesin perahu terdengar semakin keras. Pertanda mereka siap berangkat. Satu persatu mengantre menaiki perahu. Setelah semuanya naik. Perlahan perahu mulai meninggalkan pelabuhan.

Baca Juga  Jadi Ibu Kota Negara, Masih Layakkah Kaltim Menguras Habis Hasil Sumber Daya Alam?

Laju perahu berukuran 2×13 meter memecah gelombang laut yang cukup tinggi. Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 20 menit, juru kemudi mengisyaratkan perahu akan berhenti. Mesin pun dimatikan, lalu perahu dilambatkan. Tali kemudian diikat pada batang kayu yang ada di dermaga. Dari perahu itu, terlihat sebuah gapura bertuliskan ”Selamat Datang di Pulau Gusung” dan hamparan udang serta rumput laut yang sedang dikeringkan. Ismail bersama guru lainnya bergantian turun dari badan kapal.

Dermaga ini merupakan ujung dari perkampungan nelayan Pulau Gusung. Ismail perlu berjalan sekitar 50 meter, melewati dermaga lalu menuju tempat mengajar. Kehadiran mereka bak pelita. Mereka disambut dengan senyum hangat siswa-siswi yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka.

Pria 53 tahun itu memberi isyarat. Para siswa dan siswi konstan berlarian dengan semangat memasuki ruang Balai Pertemuan Umum (BPU) Pulau Gusung. “Duduk yang rapi, jangan berkerumun,” ujar Ismail kepada anak didiknya itu.

Menjadikan murid pintar dan berbudi pekerti, menjadi tanggung jawab moril yang diembannya. Ismail dan 6 guru lain sudah mengabdikan diri di pulau itu sejak tahun 2000 silam. Berbagai rintangan sudah mereka lalui 21 tahun lamanya. Mulai dari bertaruh nyawa melewati terpaan gelombang laut. Hingga sulitnya mencari siswa di awal sekolah itu didirikan.

Baca Juga  Terkait PAW Makmur HAPK, Sarkowi V Zahry Minta Semua Pihak Hormati Keputusan Partai

Ismail bercerita, tahun 2000 lalu adalah tahun perdana sekolah itu didirikan. Jumlah siswa bisa dihitung jari. Banyak anak pulau yang lebih memilih ikut melaut bersama orangtuanya ketimbang bersekolah. Ismail dan guru lainnya pun harus membujuk dari rumah ke rumah, agar orang tua mereka mau menyekolahkan anaknya.

Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Perjuangan mereka akhirnya membuahkan hasil. Tahun 2002, minat belajar anak-anak pesisir itu mulai meningkat. Jumlah siswa pun sudah mencapai puluhan orang. Menurutnya, pendidikan sangatlah penting untuk memulai mimpi. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Majunya sebuah negeri dilandasi dengan masyarakat yang pintar dan sehat.

Prinsip itulah yang dia pegang, sehingga masih semangat menjalani profesi mulia itu hingga kini. Saat ini, sekolah itu memiliki jumlah siswa sebanyak 64 orang, dari mulai kelas 1-6.

Tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 melanda. Pembelajaran di pulau itu berlangsung normal. Dimulai dari pukul 7.30-12.00 Wita. Dari Senin-Jumat. Akan tetapi, perubahan terjadi saat memasuki awal 2020. Wabah Covid-19 masuk ke Bontang. Pertemuan hanya dilakukan lima hari, Senin-Kamis. Keterbatasan jaringan internet mengharuskan para guru tetap melakukan pertemuan tatap muka.

Baca Juga  Usai Gagal Berangkat Haji di 2021, Sejumlah Calon Jemaah Haji Kaltim Tarik Dana Pelunasan

“Jaringan di sini timbul tenggelam. Belum lagi masih banyak siswa yang belum punya handphone. Itu jadi pertimbangan kami tetap berusaha melakukan pembelajaran tatap muka,” ucap Ismail.

Belum lagi saat sekolah mereka rubuh pada Mei 2021 lalu. Proses pembelajaran berubah drastis. Para siswa tak lagi belajar di ruang kelas. Melainkan di Balai Pertemuan Umum. Aturan dan regulasi terkait penanganan pandemi juga terus berubah. Membuat pola pembelajaran di sana juga ikut berubah. Harusnya, tahun ajaran baru 2021-2022 dimulai 15 Juli 2021. Kendati penerapan PPKM Darurat di Bontang. Pertemuan hanya dilakukan setiap Senin. Pun tak berlangsung lama, hanya sekitar dua jam.

Akan tetapi, apapun kondisinya, Ismail berharap anak-anak pesisir itu bisa meraih mimpi-mimpinya, dan kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. “Semoga kondisi pelik ini segera berlalu. Juga semoga secepatnya sekolah baru dibangun. Agar anak-anak kembali mengenyam pendidikan yang layak,” harapnya. (Baca kelanjutannya: Wajah Pendidikan Pulau Gusung: Kala Satu-Satunya Sekolah “Panggung” Mimpi Puluhan Anak Pesisir Itu Runtuh)

Tim Peliput: Fajri Sunaryo, Muhammad Budi Kurniawan
Penulis Utama: Fajri Sunaryo
Editor: Dirhanuddin

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button