Semarang, Akurasi.id – Sebuah pengakuan mengejutkan datang dari NY (63), seorang pemilik rumah kos di Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Dalam sebuah pengakuan yang menjadi viral, NY mengatakan bahwa ia telah mengonsumsi daging kucing sebagai cara untuk mengendalikan diabetesnya.
Kisah ini terungkap setelah kepolisian setempat melakukan investigasi menyusul sebaran video di media sosial yang menampilkan NY dan bekas pemotongan kucing. Kompol Agung Raharjo, Kepala Kepolisian Sektor Gunungpati, mengkonfirmasi kebenaran cerita tersebut dan menyatakan bahwa insiden ini telah menarik perhatian publik.
“Benar, ini terjadi dan kami telah memverifikasi kebenarannya,” ungkap Agung dalam wawancara dengan Akurasi.id. Menurutnya, polisi telah menemukan beberapa bukti fisik di lokasi, termasuk tulang dan bulu kucing yang diduga sebagai sisa dari tindakan NY.
Dalam penuturannya kepada polisi, NY mengungkapkan bahwa ia telah makan daging kucing sebanyak sepuluh kali selama setahun terakhir. Ia percaya bahwa daging kucing dapat membantu menurunkan kadar gula darah yang tinggi, yang merupakan bagian dari pengobatan diabetesnya.
“Pada awalnya, saya tidak tahu harus makan apa lagi untuk mengendalikan gula darah saya yang sering naik,” kata NY kepada Akurasi.id. “Saya mencoba daging kucing karena mendengar dari beberapa sumber bahwa itu bisa membantu.”
Kejadian ini telah memicu perdebatan etis dan kesehatan di media sosial dan di antara masyarakat Semarang. Beberapa ahli kesehatan yang dihubungi Akurasi.id menegaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa daging kucing dapat mengobati diabetes. Dr. Suryani, seorang dokter lokal, menjelaskan bahwa cara terbaik untuk mengelola diabetes adalah melalui diet yang terkontrol dan pengobatan yang sesuai resep dokter.
“Kami sangat menyarankan masyarakat untuk tidak mengikuti metode yang tidak berdasar seperti ini,” ujar Dr. Suryani. “Pengelolaan diabetes harus dilakukan di bawah pengawasan medis dengan menggunakan metode yang telah terbukti secara medis.”
Polisi kini sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai kasus ini dan NY telah diberikan peringatan keras atas tindakannya. Masyarakat juga diimbau untuk melaporkan jika menemukan kasus serupa agar dapat ditangani dengan segera.
Kasus ini mengingatkan kita pada pentingnya edukasi kesehatan yang benar dan berbasis bukti ilmiah. Penyalahgunaan informasi bisa berujung pada tindakan yang tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga makhluk hidup lain.(*)
Penulis/Editor: Ani