Akurasi.id – Saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalami koreksi signifikan, terutama di sektor perbankan, saat pemerintah mengumumkan penundaan peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Koreksi ini terjadi di tengah harapan akan pembentukan badan holding yang diharapkan dapat mengelola investasi besar di Indonesia.
Danantara, yang direncanakan untuk diluncurkan hari ini, terpaksa ditunda hingga menunggu kepulangan Presiden Prabowo Subianto dari kunjungan dinas luar negeri. Penundaan ini berimbas pada pergerakan saham BUMN di pasar modal, di mana empat bank BUMN yang tergabung dalam aset Danantara mencatatkan penurunan harga saham secara signifikan.
Pada perdagangan Rabu, 6 November 2024, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun sebesar 5,42%, diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang mengalami penurunan 2,34%, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang turun 5,09%. Sementara itu, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang sebelumnya terkoreksi 1,08%, berhasil rebound dan mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,73%.
Koreksi juga terjadi pada saham-saham BUMN lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Krakatau Steel (KRAS) mengalami penurunan paling signifikan dengan -7,58%, diikuti oleh Wijaya Karya (WIKA) yang terkoreksi -8,57%. Meski begitu, beberapa emiten seperti Jasa Marga (JSMR) dan Garuda Indonesia (GIAA) mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 0,85% dan 1,82%.
Mengenai Danantara, Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, Muliaman Hadad, menyampaikan bahwa peluncuran badan investasi ini diundur, tanpa menyebutkan tanggal pasti peluncurannya. Ia menegaskan bahwa persiapan untuk meluncurkan Danantara akan dilakukan dengan matang, sambil menunggu kepulangan Presiden Prabowo yang saat ini sedang dalam perjalanan dinas ke beberapa negara, termasuk China dan Amerika Serikat.
Danantara akan menjadi pengelola investasi besar, mengelola aset senilai Rp 600 miliar dolar AS atau sekitar Rp 9.480 triliun. Aset ini termasuk dalam pengelolaan tujuh BUMN besar, antara lain Bank Mandiri, Bank BRI, PLN, Pertamina, BNI, Telkom Indonesia, dan MIND ID. Dengan total aset yang dikelola Danantara, diharapkan badan ini dapat menjadi salah satu pengelola investasi terbesar di dunia.
Pentingnya Danantara juga terlihat dari rencana konsolidasi Indonesia Investment Authority (INA) ke dalam Danantara, sehingga meningkatkan total aset yang dikelola. Meskipun dasar hukum untuk pendirian Danantara melalui Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden masih dalam proses, langkah-langkah awal sudah diambil untuk mewujudkan lembaga ini.
Dengan fokus pada pengelolaan investasi yang lebih efisien dan terintegrasi, Danantara diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan dampak positif terhadap pasar modal.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy