
Yogyakarta, Akurasi.id – Pertemuan antara Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Keraton Kilen menjadi sorotan publik. Selain isi pembicaraan dalam pertemuan tertutup selama 1,5 jam tersebut, perhatian masyarakat juga tertuju pada motif batik yang dikenakan oleh kedua tokoh tersebut.
Motif Batik Jokowi: Simbol Kepemimpinan
Presiden Jokowi terlihat mengenakan batik dengan motif naga. Menurut Prof. Sarwono, ahli batik dan pakar tekstil tradisional dari Universitas Sebelas Maret (UNS), motif naga sering dikaitkan dengan simbol raja atau pemimpin. Dalam tradisi batik klasik, terdapat motif bernama “Semen Naga Raja”. Motif ini menggambarkan peran seorang pemimpin sebagai pelindung rakyatnya.
“Kata ‘semen’ berasal dari istilah ‘semi’ dalam bahasa Jawa yang berarti persemaian atau tumbuh. Ini adalah simbol wong cilik (rakyat kecil), sehingga maknanya melambangkan hubungan harmonis antara pemimpin dan rakyatnya,” jelas Prof. Sarwono saat diwawancarai pada Jumat (17/1/2025).
Meski ada netizen yang menyebut motif tersebut sebagai Ular Antaboga, Prof. Sarwono menegaskan bahwa istilah “Antaboga” lebih dikenal dalam dunia pewayangan, bukan dalam motif batik klasik.
Motif Batik Sultan HB X: Filosofi Parang dan Tumbuhan
Sultan HB X mengenakan batik dengan motif yang terinspirasi dari pola Parang yang dimodifikasi. Motif Parang secara tradisional diperuntukkan bagi raja dan putra/putri raja, menjadikannya simbol kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup.
“Motif Parang memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus kuat seperti karang yang kokoh di tengah ombak,” ungkap Prof. Sarwono. Motif tumbuhan yang terlihat pada kain Sultan HB X memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada desainnya, namun secara umum mencerminkan harapan akan pertumbuhan dan keberlanjutan.
Kain Sasirangan dan Keunikannya
Uniknya, beberapa pihak mengungkapkan bahwa kain yang dikenakan Sultan HB X bukan batik, melainkan sasirangan, kain adat khas Kalimantan Selatan. Menurut Dicky Firmanto, perwakilan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kain tersebut tidak memiliki makna khusus dalam pertemuan tersebut.
Sasirangan memiliki sejarah panjang sebagai kain dengan nilai budaya dan spiritual. Dalam tradisi suku Banjar, kain ini dahulu dikenal sebagai “pamintan” atau “pemintaan” karena sering digunakan sebagai sarana pengobatan. Menurut legenda, kain ini pertama kali dibuat pada abad ke-12 oleh Putri Junjung Buih dengan motif Padiwaringin.
Simbol Kekuasaan dalam Motif Batik dan Sasirangan
Motif naga dalam batik Jokowi dan Parang pada kain Sultan HB X menunjukkan simbol kekuasaan dan legitimasi. Sejarah mencatat bahwa motif seperti ini hanya digunakan oleh raja atau permaisuri dalam tradisi keraton. Meski demikian, pembuat motif naga yang dikenakan Jokowi, Aris, menegaskan bahwa motif tersebut tidak mengandung muatan politik.
“Motif ini sebenarnya saya buat jauh sebelum Pak Jokowi menjabat Presiden RI. Tidak ada unsur politik di dalamnya,” jelas Aris.
Pertemuan antara Presiden Jokowi dan Sultan HB X di Keraton Kilen tidak hanya menarik dari sisi politik, tetapi juga menonjolkan kekayaan budaya Nusantara melalui motif kain yang mereka kenakan. Batik dan sasirangan menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan simbolis tentang kepemimpinan, kekuatan, dan harmoni antara pemimpin dan rakyat.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy