CorakRagamTrending

Tahu Tempe Makin Tipis di Samarinda, Imbas Kedelai Mahal

Loading

Tahu Tempe Makin Tipis di Samarinda, Imbas Kedelai Mahal
Aktifitas Kasimin pengusaha pabrik rumahan saat memproduksi tahu di Jalan Lumba-lumba RT 10, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda. (Muhammad Budi Kurniawan/Akurasi.id)

Di Samarinda, tahu tempe makin tipis. Hal ini menyusul mahalnya harga kedelai. Produsen tahu tempe pun ikut mengalami dampaknya.

Akurasi.id, Samarinda Naiknya harga kedelai dan dihentikannya impor kedelai berdampak signifikan terhadap perajin sekaligus pedagang tahu-tempe di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka menyiasati kenaikan kedelai dengan mengurangi berat isi tahu dan tempe, sehingga ukuran produk semakin kurang tebal atau tipis.

Hal itu lah yang dirasakan Kasimin (73) pemilik usaha pabrik tahu rumahan yang berada di Jalan Lumba-lumba RT 10, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda.

Baca Juga  BMKG Keluarkan Peringatan Dini Potensi Cuaca Ekstrem di 22 Wilayah

Ia menyebutkan, sejak November 2020 hingga Awal Januari 2021 harga kedelai terus mengalami kenaikan. Hingga mencapai 30 persen.

Jasa SMK3 dan ISO

“Biasanya 1 karung kedelai dengan berat 50 kilogram saya beli harga Rp 360 ribu, tiap bulan naik turus dan sekarang sudah sampai Rp 500 ribu,” jelas Kasimin saat ditemui di pabrik tahu miliknya, Rabu (6/1/2021).

Kasimin yang telah bergulut dalam usaha pembuatan tahu dari tahun 1970 itu terpaksa menaikkan harga tahu yang ia jual dan mengurangi ukuran tahu yang ia jual. Itu dilakukan agar tak merugi.

“Ya kita naikan (harganya), biasanya tahu mentah dijual Rp 10 ribu per 40 potong jadi 30 saja, sedangkan yang sudah matang 100 potong awalnya dijual Rp 30 ribu jadi Rp 35 ribu, itu pun masih tetap sedikit untungnya,” ungkapnya.

Kasimin menyebut, kenaikan tahu buatannya tak hanya lantaran harga kedelai yang naik, namun juga bahan-bahan lainnya, seperi minyak, plastik, dan kayu bakar pun ikut mengalami kenaikan.

“Semua naik juga, kalau kita tidak naikan harganya dan memperkecil potongan tahu, mungkin sekarang saya sudah gulung tikar. Biasanya dulu saya bisa dapat Rp 500 ribu bersih sebelum ada kenaikan, tapi sekarang paling banyak Rp 100 ribu, itu pun cuma cukup buat makan,” ujarnya.

Kasimin berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah, agar dapat mengembalikan harga-harga bahan pokok tahu. Lantaran ia berfikir jika terus-terusan seperti ini, usaha yang telah di bangun 40 tahun terancam gulung tikar.

Baca Juga  Protokol Memasuki Rumah Setelah Bepergian

Selain itu, tak jauh dari pabrik Kasimin,  Anwar Sanusi pengusaha pabrik tempe mengungkapkan, semenjak harga kedelai mengalami kenaikan ia terpaksa mengurangi jumlah produksi.

“Biasanya dalam sehari 40 kilogram dalam sehari, sekarang naik harga kedelai, hanya 30 kilogram saja saya produksi,” ucapnya.

Hal itu dilakukan, lantaran Anwar takut tempe miliknya tak habis dijual. Selain itu juga ukuran tempat miliknya diperkecil. Alasannya pun sama, untuk menghindari kerugian.

“Kalau harganya tidak dinaikan, cuma potongannya saja diperkecil,” ungkapnya.

Ditambah pandemi Covid-19 atau virus corona, beban yang dipikul oleh lelaki yang memiliki dua anak tersebut, kini semakin terasa. Pasalnya berdasarkan pengakuannya, pelanggan di tempatnya mengalami penurunan, sehingga pendapatan pun berkurang.

Namun ia enggan menyampaikan penghasilan tersebut secara detail kepada awak media.”Pendapatan merosot jauh, sejak wabah corona,” pungkasnya. (*).

Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Rachman Wahid

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button