News

Kesaksian Detik-Detik Peristiwa Berdarah Sengketa Lahan Warga Palaran, dari Penembakan Brutal hingga Aksi Pembunuhan

Loading

Kesaksian Detik-Detik Peristiwa Berdarah Sengketa Lahan Warga Palaran, dari Penembakan Brutal hingga Aksi Pembunuhan
Peristiwa penembakan brutal hingga pembunuhan dalam kasus sengketa lahan di Palaran, Samarinda, benar-benar membuat heboh dan trauma warga sekitar. (Muhammad Budi Kurniawan/Akurasi.id)

Kesaksian Detik-Detik Peristiwa Berdarah Sengketa Lahan Warga Palaran, dari Penembakan Brutal hingga Aksi Pembunuhan. Sebelum beraksi, para pelaku penembakan dan pembunuhan yang diketahui tak lain masih bersaudara, diduga telah menyusun rencana itu sejak awal.

Akurasi.id, Samarinda – Bentrok antara warga dengan Kelompok Tani Empang Jaya yang terjadi di Kelurahan Handil Bakti, Kecamatan Palaran, Samarinda, Sabtu (10/4/2021) lalu, benar-benar menghebohkan warga. Apalagi dalam peristiwa itu, salah seorang warga bernama Burhanuddin tewas dengan luka gorok di leher hingga nyaris putus.

Ironisnya, aksi brutal dari penembakan menggunakan senja api rakitan terhadap 6 warga Palaran hingga jatuhnya korban jiwa itu, belakangan diketahui, rupanya merupakan bentuk penyergapan yang telah direncanakan.

Hal ini diungkapkan Saidal seorang warga yang berada di lokasi saat kejadian berdarah tersebut. Kepada media ini, pria 53 tahun itu menjelaskan, jika permasalahan awal bermula dari penyerobotan tanah yang dilakukan Kelompok Tani Empang Jaya sejak 5 tahun belakangan.

Jasa SMK3 dan ISO

Peristiwa yang tak kunjung usai itu pun pecah saat warga berkumpul pada Sabtu pagi, 10 April 2021. Tujuannya untuk memastikan patok lahan mereka yang kerap digeser oleh Poktan Empang Jaya tidak terjadi.

“Kami semua kumpul sekira jam 9 pagi. Terus sama-sama jalan kaki menuju lahan untuk membenahi patok di sana,” ucap Saidal memulai ceritanya, Senin (12/4/2021).

Sekira satu jam menempuh perjalanan kaki, Saidal bersama puluhan warga lainnya tiba di lokasi. Di sana mereka memastikan patok lahan mereka berdasarkan segel maupun Surat Peryataan Penguasaan Tanah (SPPT).

Baca Juga  Ditangkap karena Narkoba, Catherine Wilson Shock

“Kami tidak punya kelompok tani. Cuman yang jelas setiap warga itu menguasi sebidang lahan, sekitar satu sampai satu setengah hektare dengan surat izin yang legal,” lanjutnya.

Saat warga tengah membenahi patok lahan mereka, tiba-tiba ada seseorang dari Kelompok Tani Empang Jaya menghadang warga dan sempat terjadi adu mulut. Pria dari Poktan Empang Jaya itu melarang kelompok warga menggeser patok lahan. Sebab menurutnya penguasaan lahan itu sah dimiliki Poktan Empang Jaya.

Ketegangan mulai terjadi, tak lama berselang dari arah belakang pria itu, rekannya datang mendekat dilengkapi dengan senjata tajam setiap orangnya.

“Lama-lama rame. Kami instruksikan ke yang lain buat mundur. Jadi masyarakat akhirnya mundur. Setelah mundur, mereka teriak kenapa mundur pengecut. Saya lihat memang ada satu yang bawa penabur (senjata rakitan),” terangnya.

Tanpa pikir panjang, salah seorang kelompok tani yang memegang senjata rakitan langsung membrondong warga. Hingga menyebabkan warga yang panik berhamburan menyelamatkan diri. “Saya langsung lari sekitar 100 meter, di dekat saya ada Burhanuddin dan satu warga lainnya yang juga melarikan diri,” kata Saidal.

Di tengah pelariannya, samar-samar dari belakang Saidal mendengar jika seseorang dari Kelompok Tani Empang Jaya berkata kepada si pemegang senjata penabur untuk menembak warga yang menggunakan pakaian dan topi berwarna hitam. Yang mana ciri itu mirip dengan pakaian yang dikenakan Burhanuddin saat kejadian.

“Selang beberapa detik dari perkataan itu, kemudian ada tembakan susulan. Saat itu Burhanuddin sama warga lainnya langsung terjatuh,” bebernya.

Baca Juga  Pengerjaan Proyek Ini Tak Sesuai Jadwal?

“Waktu itu warga yang terjatuh sempat bangun dan lari lagi. Sedangkan almarhum (Burhanuddin) sudah terkapar, engga gerak lagi. Saya juga enggak lihat persis setelahnya. Kalau dari lukanya almarhum sih, indikasinya ya digorok setelah terjatuh itu,” sambungnya.

Duduk Perkara Sengketa Lahan

Tak hanya peristiwa itu, Saidal juga menerangkan awal sengketa tanah, diketahui ia dan warga lainnya pada 2004 silam membeli lahan itu melalui seorang pria bernama Alimuddin. Lahan yang dibeli Saidal pun sejatinya milik Kelompok Tani Empang Jaya namun masih dalam pimpinan sebelumnya, yakni almarhum Hanafi.

Sepeninggalan Hanafi, Poktan Empang Jaya berganti kepemimpinan. Yang mana ketua, wakil, dan sekretarisnya merupakan tiga bersaudara anak dari almarhum Hanafi. “Tapi pergantian pimpinan ini tidak pernah diketahui siapapun, bahkan kelurahan juga tidak mengetahuinya,” ulasnya.

Tanpa sepengetahuan pihak manapun, Kelompok Tani Empang Jaya dengan kepemimpinan baru ini lantas tidak mengakui jual beli lahan dari mendiang Hanafi kepada Saidal dan warga lainnya. Warga pun lantas tak diperbolehkan melakukan aktivitas tanam tumbuh.

Saat ada warga yang memaksa, maka pihak Kelompok Tani Empang Jaya tak segan melakukan pengerusakan. Hal ini terus berlangsung selama 5 tahun terakhir.

“Kami sudah beberapa kali melaporkan ke polisi tapi tidak ada tanggapan. Kami kembali ke lurah sebagai ujung tombak. Di kelurahan juga tidak bisa menyelesaikan karena hanya berupa saran,” keluhnya.

Baca Juga  Memalak dan Tinju Pelajar, Pemuda di Tanjung Laut Indah Diciduk Polisi

Saat ini Saidal dan warga Handil Bakti berharap kasus ini tak berlarut-larut, dan kepolisian dapat mengusut tuntas persitiwa berdarah ini. (*)

Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Dirhanuddin

 

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button