HeadlinePeristiwa

Program Sekolah Militer untuk Siswa Nakal di Jawa Barat Tuai Pro dan Kontra

Pelajar Bermasalah Jalani Pendidikan Semi Militer di Barak TNI

Loading

Akurasi.id – Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi meluncurkan program pendidikan semi militer untuk siswa bermasalah. Program ini menyasar para pelajar yang terlibat dalam kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, hingga penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.

Di Purwakarta, sebanyak 39 siswa dari berbagai sekolah telah dikirim ke Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha untuk menjalani pelatihan kedisiplinan pada Kamis (1/5). Sementara pada Senin (5/5), sebanyak 29 siswa kembali diberangkatkan dari Kodim 0619 Purwakarta menuju Rindam III/Siliwangi di Bandung.

Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein menyebut, para siswa tetap menjalani pendidikan namun dalam lingkungan militer. “Mereka tetap sekolah, hanya lokasi dan pendekatannya yang berbeda. Fokusnya adalah pembinaan mental dan kedisiplinan,” ujar Saepul.

Baca Juga  Luna Maya Ungkap Alasan Lakukan Egg Freezing: Langkah Cerdas Jaga Kesuburan Sejak Dini

Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman menyampaikan bahwa program ini menargetkan pembinaan terhadap 900 siswa dari berbagai daerah, seperti Purwakarta, Depok, Bogor, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Kota Bandung, Cimahi, hingga Sukabumi. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalokasikan anggaran sebesar Rp6 miliar dari APBD untuk mendanai program ini.

Jasa SMK3 dan ISO

Di Kabupaten Sumedang, 40 siswa dijadwalkan mengikuti program serupa di Makodim 0610 Sumedang pada Kamis (8/5), dan akan dibuka langsung oleh Gubernur Dedi Mulyadi.

Baca Juga  Polisi Ungkap Motif Eks Satpam Peras Ria Ricis: Sakit Hati Setelah Dipecat

Namun, kebijakan ini menuai kritik dari sejumlah pihak. Ketua Komnas HAM, Atnike Nova Sigiro, menyatakan bahwa pengiriman siswa ke barak militer bukanlah kewenangan TNI dan menilai pendekatan tersebut tidak tepat dalam konteks pendidikan kewarganegaraan. Kritik juga datang dari Anggota Komisi X DPR, Bonnie Triyana, yang mengingatkan bahwa tidak semua persoalan remaja bisa diselesaikan dengan pendekatan militeristik. “Perlu pendekatan holistik yang memperhatikan kondisi keluarga dan lingkungan,” kata Bonnie.

Di balik kebijakan ini, muncul kisah-kisah menyentuh dari para siswa. Dalam kunjungannya ke Rindam III/Siliwangi, Gubernur Dedi bertemu seorang siswi berkerudung yang mengaku terjerumus dalam pesta minuman keras karena stres melihat orang tuanya yang kerap bertengkar. Ia bahkan bergabung dalam kelompok remaja bernama ‘Warsat’ (Warung Sesat) yang rutin pesta miras dan begadang hingga dini hari. “Awalnya cuma ikut teman, lama-lama keterusan,” ujar siswi itu.

Baca Juga  Tabrakan Beruntun di Tol Purbaleunyi KM 92, Kemacetan Parah Arah Jakarta pada Senin Sore

Pengakuan tersebut menyoroti akar persoalan yang lebih dalam, yakni ketidaknyamanan lingkungan rumah yang mendorong anak mencari pelarian lewat pergaulan bebas.

Program ini terus berjalan di tengah perdebatan antara pendekatan disiplin militer dan pendekatan psikologis-empatik terhadap anak. Pemerintah Provinsi Jabar menegaskan akan terus mengevaluasi efektivitas program ini dalam membentuk karakter dan kedisiplinan siswa.(*)

Penulis: Nicky
Editor: Willy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button