News

Sekolah Ini Menggaji Guru Rp 200 Ribu Setiap Bulan

Loading

Sekolah Ini Menggaji Guru Rp 200 Ribu Setiap Bulan
Proses belajar mengajar di kelas X MTs As’adiyah. (Suci Surya Dewi/Akurasi.id)

Akurasi.id, Bontang – Sekolah swasta menghadapi masalah penurunan jumlah siswa. Penyebabnya diduga lantaran sekolah negeri menambah kuota siswa di setiap kelas. Seiring dengan itu, bertambah pula siswa yang diterima di sekolah berpelat merah.

Salah satunya di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As’adiyah Bontang. Tahun ini, sekolah yang terletak di Kelurahan Tanjung Laut Indah ini hanya memperoleh 11 siswa.

Purwoko, Wakil Kepala MTs As’adiyah, mengatakan, jumlah siswa baru tahun ini tidak berbeda dengan tahun lalu. Siswanya bertambah setelah ada pelajar pindahan. Secara keseluruhan, siswa baru dan pindahan berjumlah 25 orang.

Meski pendaftaran siswa sudah ditutup pada 23 Juli lalu, Purwoko berharap terdapat siswa pindahan yang mendaftarkan diri di MTs As’adiyah.

Jasa SMK3 dan ISO

“Pintu kami terbuka lebar untuk menerima siswa yang pindahan. Siswa kami masih kurang,” katanya pada Akurasi.id belum lama ini.

Baca Juga  Wapres Gibran Minta Penghapusan Jalur Zonasi PPDB, Komisi X DPR Bahas Dampaknya

Minimnya jumlah siswa memengaruhi kesejahteraan guru di MTs As’adiyah. Saat ini pengajar di sekolahnya berjumlah 12 orang.

Setiap guru diupah Rp 7 ribu per jam. Dalam sehari, rata-rata guru mengajar selama tiga hingga empat jam. Artinya, setiap guru menerima gaji sekira Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu per bulan.

“Guru banyak kerja ikhlas saja. Ada guru jam terbang yang hanya digaji Rp 200 ribu. Karena mengajarnya sebentar saja,” bebernya.

Dia menyebut, pada umumnya guru digaji dari sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) dan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Kendalanya, BOS tak sepenuhnya dicairkan setiap bulan. Sehingga pihaknya harus menekan biaya operasional dan gaji guru.

Baca Juga  Kabur Selama 17 Bulan, Seorang Napi di Lapas Nunukan Kembali Diciduk Petugas Kepolisian

“Gaji guru ya tersendat-sendat. Kadang gajian dua bulan sekali,” keluh Purwoko.

Tak Hanya Satu Sekolah

Penurunan jumlah siswa di sekolah swasta lain juga dialami SMP Monamas Bontang. Tahun lalu sekolah itu menerima sekira 15 siswa. Tahun ini, sekolah yang terletak di Jalan Ahmad Yani ini hanya memperoleh lima siswa.

Wakil Kepala Sekolah SMP Monamas, Deni Juli, menekankan, penurunan jumlah siswa disebabkan sekolah negeri yang menambah kuota siswa baru.

“Biasanya hanya menerima 30 siswa per kelas. [Sekarang sekolah negeri menampung] 40 siswa. Jadi siswa banyak yang daftar ke sekolah negeri,” papar wanita berjilbab ini.

Terdapat 14 orang pengajar di SMP Monamas. Semakin sedikit siswa yang terdaftar, maka akan memengaruhi kesejahteraan guru. Sebaliknya semakin banyak siswa baru, sekolah akan menerima dana BOS yang relatif tinggi.

Baca Juga  Utang Piutang Berujung Pembacokan, Kesal karena Korban Tak Sopan Bayar Cicilan

Dana tersebut digunakan sekolah untuk menggaji guru. “Kalau gaji gurunya saya kurang tahu jumlahnya. Karena bukan ranah saya,” tuturnya.

SMA Tunas Bangsa juga menerima sedikit siswa baru. Bagian Kurikulum SMA Tunas Bangsa, Dwi, mengaku sekolahnya hanya menerima satu rombongan belajar yang diisi 14 siswa.

Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu. Pada 2018, sekolah yang terletak di Kelurahan Berebas Tengah ini menerima 24 anak.

“Masyarakat Bontang ini cenderung lebih memilih sekolah yang lulus siap kerja,” terangnya.

Di sekolahnya terdapat 13 orang guru. Guru mendapatkan gaji dari dana BOS karena pihaknya tak memungut biaya dari siswa. Sekolah menggunakan sebagian dana BOS untuk menggaji guru. Sisanya digunakan untuk operasional sekolah.

“Jadi harus pintar pengelolaannya,” tutup Dwi. (*)

Penulis: Suci Surya Dewi
Editor: Ufqil Mubin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button