Sosialisasi Pembangunan Pabrik, Warga Buffer Zone Minta Diprioritaskan
Akurasi.id, Bontang – Rencana pembangunan pabrik amonium nitrat disambut antusias warga wilayah buffer zone, yakni Kelurahan Loktuan dan Guntung. Pasalnya mereka ingin perusahaan memprioritaskan masyarakat buffer zone sebagai tenaga kerja di PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN).
Baca Juga: Awal Tahun, 116 ASN Pemkot Bontang Mutasi Jabatan
Dalam Sosialisasi Proyek Pembangunan Pabrik Amonium Nitrat yang digelar di Grand Equator Hotel, Jalan Pupuk Raya, Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, pada Rabu (8/1/20) lalu ini dihadiri lurah serta ratusan perwakilan warga dari Kelurahan Loktuan dan Guntung.
Diketahui, PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) merupakan perusahaan patungan kerjasama antara PT Dahana (Persero) dengan PT Pupuk Kalimantan Timur. Sesuai hasil tender yang telah dilaksanakan, pembangunan pabrik akan dikerjakan oleh konsorsium PT Wijaya Karya (Wika) Persero dan Sedin Engineering sebagai kontraktor pelaksana pembangunan Pabrik Amonium Nitrat tersebut.
Dijelaskan Direktur Utama PT KAN Bimo Noesantoropoetro nantinya pabrik dibangun di atas lahan seluas 6 hektar. Yakni di sekitar kawasan industri milik PT Kaltim Industrial Estate (KIE). Targetnya pabrik tersebut selesai dalam waktu 30 bulan. Dijelaskan Bimo, pembangunan pabrik tersebut di Kota Taman –sebutan Bontang- bertujuan memenuhi kebutuhan amonium nitrat dalam negeri.
“Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 75 ribu ton per tahun dengan komposisi produk Amonium Nitrat dan Asam Nitrat. Total investasi pembangunan pabrik sekitar Rp 1,1 triliyun dari kredit investasi BUMN Perbankan dan penyertaan masing-masing pemegang saham,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Dahana Budi Antono menambahkan, perusahaannya bersama PT Pupuk Kaltim telah melakukan studi banding dan kajian berbagai aspek seperti pasar, teknologi, peraturan perundangan, ketersediaan bahan baku dan sebagainya.
“Itu dibantu konsultan independen bereputasi internasional yakni BPPT,” terangnya.
Berdasar kajian itu, pembangunan pabrik amonium nitrat berkapasitas hingga 75.000 ton per tahunnya ini diharapkan mampu menumbuh-kembangkan turunan industri lainnya. Bahkan dapat menghemat devisa dari impor amonium nitrat, menciptakan nilai tambah produk dalam negeri, dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia utamanya masyarakat Bontang.
Soal SDM, Warga Buffer Zone Ingin Diprioritaskan
Salah satu warga, Rusli mengajukan saran dan permohonan pada pihak perusahaan agar memprioritaskan sumber daya manusia (SDM) dari warga Loktuan dan Guntung ketika PT KAN mulai membangun dan mengoperasikan perusahaan bahan peledak tersebut. Selain tenaga kerja, dia berharap PT Wika juga bekerja sama dengan kontraktor lokal yang berada di Loktuan dan Guntung.
“Jangan mengatakan kalau bisa, tapi harus bisa pakai tenaga lokal. Tidak hanya tenaga kerjanya saja, tetapi juga kontraktornya juga lokal. Di Loktuan dan Guntung pasti banyak yang punya CV atau PT yang bisa bekerjasama dengan PT Wika,” tegas Rusli dihadapan warga lainnya.
Ketua Karang Taruna Kelurahan Guntung ini juga mengungkit bencana alam yang kerap menimpa wilayahnya. Rusli menuturkan di Guntung sering mengalami banjir sehingga banyak warga yang menjadi korban. Saat banjir beberapa waktu lalu misalnya, dia mengungkapkan hanya humas dari PT Pupuk Kaltim saja yang terjun ke lapangan untuk membantu warga.
“Perusahaan yang lain ke mana? Kami harap nanti PT KAN bisa berperan di situ dan membantu kami dalam menangani banjir,” harapnya.
Ketua Forum RT Guntung Burhan juga menambahkan jika dia sangat mendukung dan menyambut baik adanya pembangunan pabrik. Namun dia berharap PT WIKA dapat membuktikan dengan nyata terkait akan memprioritaskan tenaga kerja lokal.
“Jangan hanya di atas kertas atau di sini saja, tapi di lapangan enggak sesuai dengan apa yang kita harapkan,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Forum RT Loktuan Sukri meminta kontribusi nyata dari perusahaan nantinya. Sebab, warga buffer zone kelak yang akan menerima efek langsung dari limbah pabrik.
“Kami juga tanya kontribusi seperti apa, sehingga warga kami enggak hanya jadi penonton di wilayahnya,” kata Sukri.
Sama seperti Burhan dan Sukri, ketua LPM Loktuan Haris Hafid, juga meminta perusahaan nanti lebih memprioritaskan warga Loktuan dan Guntung.
“Pengangguran di Bontang semakin hari semakin bertambah, Alhamdulillah ada investasi di Bontang, kita patut mendukung, tapi dengan catatan tolong kami wilayah penerima dampak langsung masuk prioritas,” ujarnya. (*)
Penulis: Suci Surya Dewi