News

Stok Cabai Menipis, Harganya Semakin Pedas

Loading

Stok Cabai Menipis, Harganya Semakin Pedas
Menjelang Iduladha, harga cabai merangkak naik. (Suci Surya Dewi/Akurasi.id)

Akurasi.id, Bontang – Harga lombok atau cabai kecil di pasar kembali naik. Pemicu kenaikan harga lombok diduga karena gagal panen di Pulau Jawa dan Samarinda.

Penjual sayuran di Pasar Rawa Indah, Hj Ani (43), mengaku hari ini menjual cabai Rp 80 ribu per kilogram (kg). Padahal sebelumnya ia menjualnya Rp 60 ribu per kg.

“Saya jual dua macam. Lombok kampung dan lombok Samarinda. Ini lombok kampungnya habis. Sisa yang dari Samarinda. [Harganya] mahal. Tapi mau tak mau harus sediakan,” katanya, Selasa (30/7/19).

Saban hari harga komoditas sayuran berubah-ubah. Khusus lombok, harganya tidak pernah turun. Setiap berganti hari, harga jualnya terus merangkak naik hingga Rp 100 ribu per kg.

Baca Juga  Berakting Tersenggol Mobil, Dua Mantan Residivis Nekat Memeras Sopir Truk, Gondol Uang Rp 4,1 Juta
Jasa SMK3 dan ISO

“Sebelumnya harga lombok Rp 50 sampai Rp 60 ribu. Normalnya harga lombok itu Rp 23 sampai Rp 40 ribu per kilogram,” beber pedagang lainnya, Hayati (50).

Wanita paruh baya itu berujar, stok cabai kecil memang berkurang. Meski setiap hari barang dipasok distributor, di lapaknya tersisa sedikit cabai. Dia menduga kenaikan harga lombok karena stok yang minim.

“Mungkin di sana (Jawa) gagal panen karena musibah banjir atau bencana alam lainnya,” ujar dia.

Baca Juga  Diduga Depresi, Pemuda Ini Nekat Sayat Nadi Pakai Kaca, Sempat Tegur Tetangga Lantaran Berisik

Kata Hayati, kenaikan harga cabai tidak terkait dengan hari raya Iduladha. Sebab setiap hari raya, harga lombok tidak pernah naik.

Neni, pedagang sekaligus agen cabai di Pasar Sementara Rawa Indah, mengaku, kenaikan harga cabai meningkatkan penjualannya.

“Alhamdulillah. Kalau harga naik, malah banyak yang cari. Kalau harganya turun, pembelinya biasa-biasa saja,” ujarnya.

Baca Juga  Ratusan Ribu Batang Rokok Dimusnahkan, Mengapa?

Harga lombok yang merangkak naik justru berdampak negatif terhadap penjual makanan. Hal ini dikeluhkan warga Kelurahan Gunung Telihan yang juga pedagang batagor dan bubur ayam Bandung, Nur.

Ia mengaku bingung berjualan saat semua harga komoditas naik. Batagor yang membutuhkan sambal berbahan dasar lombok kecil pun tak dapat diganti dengan bahan lain.

“Belum lagi bahan batagornya. Ikan yang mahal karena gelombang tinggi. Kami mau menaikkan harga jual juga tidak mungkin. Tapi harga bahan-bahannya naik semua,” keluhnya. (*)

Penulis: Ayu & Suci Surya Dewi
Editor: Ufqil Mubin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button