Pariwara

Terapkan Sekolah Ramah Anak, SMP Vidatra Ajarkan Siswa Mencintai Lingkungan dengan Belajar di Luar Kelas

Loading

sekolah ramah anak
Pohon dan taman menjadi wadah bernaung bagi para pelajar SMP Vidatra Bontang untuk tempat belajar. (Nur Handayani/Akurasi.id)

Akurasi.id, Samarinda – Peringatan Hari Anak Universal atau Universal Children’s Day yang dicanangkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia turut disambut SMP Vidatra Bontang, Kamis (7/11/19). Pada peringatan tahun ini, pemerintah mengusung tajuk Sehari Belajar di Luar Kelas sebagai bagian dari penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA).

Pada acara itu, SMP Vidatra menggelar sejumlah rangkaian kegiatan bagi para siswa. Mulai dari kegiatan bersih lingkungan, literasi, simulasi evakuasi tanggap bencana, senam germas dan senam sehat, hingga pengukuhan Tim SRA. Pada penutupan kegiatan, para siswa dan guru mengadakan permainan tradisional.

baca juga: Dari Gelaran Vivest 2019 SMA Vidatra, Memupuk Ukhuwah Islamiyah hingga Membumikan Islam di Tanah Benua Etam

Para siswa yang terlibat pada kegiatan itu begitu menikmati rangkaian demi rangkaian acara. Terlebih lagi mereka dapat menikmati suasana belajar mengajar di luar kelas. Hampir semua siswa dan guru menjadikan pohon yang tumbuh di sekolah itu sebagai wadah berteduh untuk belajar.

Jasa SMK3 dan ISO

Ketua Panitia SRA SMP Vidatra Bontang Sukamto menuturkan, kegiatan itu dalam rangka memberikan pelajaran kepada siswa dengan cara yang menyenangkan. Menikmati proses belajar mengajar dengan cara menyatu dengan alam sekitar.

Baca Juga  Sertijab OSIS SMA Vidatra Periode 2021-2022 Dinakhodai Revanza Rekvi Adhitama

“Belajar di luar kelas ini adalah salah satu program ramah anak. Bagi kami di SMP Vidatra, program ini sebenarnya sudah kami canangkan sejak lama. Kami senantiasa mengajar siswa agar belajar dan peduli terhadap lingkungan,” tuturnya.

Kegiatan sehari belajar di luar kelas dan SRA merupakan program pemerintah pusat. Berbagai rangkaian kegiatan yang dilaksanakan tersebut juga telah ditetapkan pusat. Namun dalam penerapannya, seperti kegiatan senam germas dan senam sehat, menyesuaikan dengan kondisi di setiap sekolah.

“Ini kebetulan pertama kali kami lakukan. Dari sebulan lalu (Oktober) sekolah ramah anak ini kami canangkan di SMP Vidatra. Karena kami memang mempunyai komitmen di situ sejak lama,” katanya.

Melalui kegiatan itu, SMP Vidatra ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang pentingnya sekolah ramah anak. Lewat berbagai rangkaian kegiatan itu, SMP yang berada di bawah payung Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra (YPVDP) itu juga ingin mengajak para orang tua mendidik buah hati dengan cara menyentuh perasaan setiap anak.

“Kami memberikan pelajaran kepada masyarakat kalau mendidik anak itu perlu menyentuh perasaan mereka. Sudah bukan saatnya mengajarkan anak dengan cara-cara yang keras,” cakapnya.

Belajar di Luar Kelas Bakal Jadi Agenda Rutin

Kegiatan belajar mengajar berbasis lingkungan dan alam rencananya akan diadakan secara rutin ke depannya oleh SMP Vidatra. Mereka menilai, kegiatan belajar di luar kelas akan semakin membuat anak lebih peka untuk mencintai alam. Selain itu, kegiatan itu akan semakin membuat anak senang dalam belajar.

Baca Juga  Viscamp 2020 Ditutup, SDN 008 Bontang Utara Sabet Juara Umum Putra dan Putri

“Ke depan, kegiatan seperti akan rutin kami laksanakan. Kami sudah mencanangkan program belajar di luar kelas atau berbasis lingkungan itu sekali per tiga bulan,” kata Sukamto kepada media ini.

Para tenaga pendidik SMP Vidatra yakin, ketika anak semakin dekat dengan lingkungan dan alam, maka anak akan semakin peka terhadap keadaan di sekitarnya. Di sisi lain, anak tidak lagi melihat sekolah sebagai sesuatu yang membosankan.

“Sekolah seperti ini (di luar kelas dan alam) akan membuat anak merasa nyaman. Merasa aman. Merasa asyik saat belajar. Mereka merasa bebas. Mereka tidak boleh sampai terkekang,” tuturnya.

Seperti halnya permainan tradisional pada acara itu, bertujuan memperkenalkan kepada setiap pelajar kebudayaan yang dimiliki bangsa ini. Permainan tempo dulu seperti lompat tali, engklek, congklak, gasing atau panggalan, dan bambu betung adalah bagian dari identitas Indonesia yang perlu senantiasa dilestarikan.

“Kami mau memperkenalkan permainan tradisional agar kelak para pelajar bisa mengenalkannya pada generasi selanjutnya. Harus diakui saat ini hanya sedikit anak yang permainan tradisional seperti congklak,” jelasnya.

Ajarkan Pelajar Siaga Bencana Sejak Dini

sekolah ramah anak
Para guru ikut terlibat pada sekolah ramah anak dengan terlibat pada kegiatan senam germas dan senam sehat. (Nur Handayani/Akurasi.id)

Dalam rangkaian kegiatan SRA, SMP Vidatra juga tidak luput mengajarkan para siswa pentingnya kesiagaan dan tanggap dalam menghadapi bencana gempa bumi atau bencana alam yang lain.

Kepada Akurasi.id, Sukamto mengaku, kegiatan stimulasi tanggap bencana sangat diperlukan agar setiap siswa menjadi sigap dalam menghadapi bencana. Apalagi Indonesia termasuk daerah yang sangat rawan bencana gempa, baik gempa bumi, longsor, banjir, dan kebakaran.

Baca Juga  Ukir Prestasi di Kejurkot, Dua Siswa SD Vidatra Wakili Bontang pada Kejurprov Bulu Tangkis

“Walau di Kaltim kita cukup bersyukur tidak ada bencana gempa. Tetapi ke depan mereka (siswa) akan keluar dari Bontang dan Kaltim untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu ini, mereka menjadi tahu,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Penjabat Sementara (Pjs) Kepala SMP Vidatra Bontang, Linawati Endra Natalia menyebutkan, kegiatan sehari belajar di luar kelas dan SRA itu tidak hanya melibatkan siswa dan para guru. Mulai alumni dan para orang tua wali murid juga dilibatkan pada rangkaian tersebut.

“Kami juga melibatkan masyarakat. Para orang tua yang diwakili oleh komite di masing-masing kelas. Semua orang terlibat dalam memantau, kalau SMP Vidatra itu sekolah ramah anak bukan hanya sebuah slogan, tetapi memang menerapkannya,” kata dia.

Linawati menyebutkan, jumlah SRA di Tanah Air hingga Agustus 2019 sudah mencapai 22.170. Sekolah-sekolah itu terdiri dari 250 ribu satuan pendidikan. SMP Vidatra Bontang adalah salah satu di antaranya.

“Diperlukan upaya percepatan dalam semua bentuk agar setiap satuan pendidikan mau menjadi sekolah ramah anak. SRA membentuk karakter positif, iman dan takwa, perilaku hidup bersih dan sehat, dan adaptasi dengan perubahan iklim,” pungkasnya. (*)

Penulis: Nur Handayani
Editor: Dirhanuddin

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button