CatatanKesehatan

Cegah Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear

Loading

Pap Smear
dr.Fakhruzzabadi,SpOG, MKes (istimewa)

Ditulis oleh: dr.Fakhruzzabadi,SpOG,Mkes

Bontang, 6 Desember 2019

Beberapa hari ini banyak pasien ke Poli Obgyn untuk pemeriksaan Pap Smear. Tumben. Setelah mencari tahu, ternyata oh ternyata mereka PAP Smear karena ada anggota kesatuan yang meninggal karena kanker serviks.

Tapi, haruskah ada kejadian meninggal karena kanker serviks baru berbondong-bondong periksa? Seperti halnya kasus meninggalnya artis alm Jupe 2 tahun lalu.  Padahal kasus kanker serviks cukup banyak dan kebanyakan baru diperiksakan setelah stadium akhir.

Jasa SMK3 dan ISO

Baca Juga: Apakah USG Hanya Sekadar Mengecek Jenis Kelamin Janin?

Kanker serviks atau kanker leher rahim sampai saat ini merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada wanita. Bahkan sebagai kanker penyebab kematian terbanyak di Indonesia.

Meski pun belum ada data resmi jumlah kasus kanker serviks di Bontang, namun tingkat temuan pada praktek jumlahnya cukup banyak. Sayangnya kebanyakan penyakit ini baru diketahui ketika stadium lanjut. Akhirnya terapi secara maksimal sulit diberikan dan hanya bersifat paliatif. Kebanyakan terpaksa dirujuk untuk dilakukan kemoterapi dan radioterapi saja. Dan beberapa kasus akhirnya meninggal karena komplikasi akibat stadium lanjut kanker serviks ini.

Baca Juga  Autobiografi Andri (2): Tak Direstui Ayah

Dan yang mencengangkan, usia wanita yang terkena kanker serviks bukan hanya mereka yang berusia lanjut. Bahkan ada yang masih berusia 20-an tahun.

Kebanyakan wanita tidak mengetahui mereka terkena kanker Serviks, karena stadium awal hampir tanpa gejala sama sekali. Gejala keputihan abnormal dan perdarahan di luar siklus haid atau setelah berhubungan seksual biasanya muncul di stadium lanjut.

Kanker Serviks berkembang perlahan-lahan, dimulai dari kelainan yang disebut Cervical Intraepitelial Neoplasia (CIN) atau biasa disebut lesi pre-kanker. Dari lesi pre-kanker ini butuh waktu lebih dari 5 tahun untuk berkembang menjadi kanker serviks. Jadi, sebenarnya perkembangan awal kanker serviks tidak terlalu cepat. Di sinilah pentingnya deteksi dini kanker serviks.

Pemeriksaan yang paling mudah dilakukan untuk mendeteksi dini dengan pap smear. Dengan pap smear, kita berharap bisa menemukan lesi pre-kanker sedini mungkin dan segera diterapi. Akhirnya kanker serviks bisa kita cegah kan?

Pap Smear merupakan pemeriksaan rutin dan wajib dilakukan di negara-negara maju. Sayangnya, di negara ini kesadaran masyarakat kita masih sangat kurang untuk melakukan skrining awal. Bahkan banyak yang tidak tahu sama sekali informasi mengenai pemeriksaan pap smear.

Baca Juga  Pada Februari RI Bakal Banjir Turis China, Jokowi: Kita Tidak Akan Lakukan Pembatasan

Kapan melakukan Pap Smear?

Wanita yang aktif secara seksual sebaiknya dilakukan pemeriksaan pap smear mulai 2 tahun sejak kontak seksual pertama kali. Wanita yang berumur 20-40 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan ulang tiap 2-3 tahun. Setelah berumur di atas 40 tahun pemeriksaan tiap setahun sekali. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.

Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan pap smear yakni tidak sedang haid, tidak berhubungan 3 hari sebelum pemeriksaan dan tidak sedang menggunakan obat-obatan vaginal, termasuk cairan pembersih vagina.

Pemeriksaan pap smear sangat mudah dilakukan dan tidak menyakitkan. Dokter atau bidan terlatih akan mengambil cairan serviks (leher rahim) dan diperiksakan ke patologi anatomi.

Bila ternyata terdapat sel tidak normal, apakah itu positif kanker serviks? Tidak! Tidak perlu panik, karena dari 80 persen sel yang tidak normal belum tentu kanker, bisa disebabkan virus yang terinfeksi atau karena peradangan ringan.

Baca Juga  Membentengi Lahan Pertanian, Menjaga Keamanan Pangan Etam
Pap smear
Ilustrasi kanker serviks. (istimewa)

4 Fakta Penting Kanker Serviks

  1. Perempuan yang termasuk faktor risiko tinggi tetap hanya dianjurkan melakukan pap smear satu tahun sekali, kecuali bila didapatkan sebelumnya hasil pemeriksaan abnormal, maka dianjurkan melakukan pap smear lebih sering sesuai saran dokter kandungan.
  2. Wanita yang sudah diangkat kandungannya tanpa disertai pengangkatan mulut rahim tetap disarankan melakukan pap smear setahun sekali.
  3. Wanita menopause tetap berisiko menderita kanker serviks. Sedangkan mereka yang sudah dioperasi sangat tergantung jenis operasi yang dikerjakan. Bila masih ada risiko kanker serviks pada leher rahim tetap harus melakukan pap smear.
  4. Mereka yang sudah berusia 70 tahun atau lebih, baru boleh berhenti pap smear bila dua tahun berturut turut sebelumnya hasil pap smear normal. Semoga bermanfaat. (*)

Editor: Suci Surya Dewi

Sekilas: dr. Fakhruzzabadi,SpOG,Mkes merupakan Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit Amalia Bontang (RSAB). Pria yang akrab disapa Dokter Badi ini sudah melakoni profesi sebagai dokter kandungan selama 8 tahun. Selain di RSAB, suami dari Direktur Utama RSAB Yuniarti Arbain ini juga menjadi dokter kandungan di RS LNG Badak KSO-BP.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button