Corak

Uniknya Warung Ini, Beli Makanan Harus Pakai Sampah

Loading

Uniknya Warung Ini, Beli Makanan Harus Pakai Sampah
Cintya (kanan baju biru) saat melayani salah satu konsumennya yang merupakan kaum duafa. (Suci Surya Dewi/Akurasi.id)

Akurasi.id, Bontang – Jika umumnya transaksi jual beli menggunakan uang, berbeda dengan Warung Ikhlas Bontang (WIB) yang menjual makanan dengan alat pembayaran berupa sampah plastik. Karena warung yang buka setiap Jumat ini hanya menyediakan makanan untuk kaum duafa saja.

Pemilik WIB, Cintya Ayu Rishanty mengatakan, sejak awal bulan puasa Mei lalu dirinya mulai menerapkan tukar sampah dengan nasi bungkus. Sebelumnya, warung yang ia buka sejak September 2015 itu menjual nasi bungkus hanya Rp 3 ribu. Cintya berkata, tercetus ide menukar makanan dengan sampah, kala pemerintah Bontang menerapkan pengurangan kantong plastik di toko swalayan dan pusat perbelanjaan.

Baca Juga  Nikmati Menu Baru GK Samarinda, Kini Ada Mantou Black Pepper, Paduan Rasa Western dan Oriental

“Pemerintah sudah menerapkan pengurangan kantong plastik, kami juga ingin berkontribusi. Kalau mereka enggak mau bayar Rp 3 ribu untuk beli nasi bungkus, mereka bisa beli pakai sampah plastik,” jelasnya, Jumat (12/7).

Namun, untuk menukarkan makanan dengan sampah plastik Cintya menjelaskan, ada beberapa syarat. Yakni sampah plastik berupa plastik bekas kemasan seperti minyak goreng, kopi, beras, sabun, detergen, dan sebagainya. Ketentuan menukarkan plastik dengan sebungkus nasi disesuaikan dengan ukuran kemasan.

Jasa SMK3 dan ISO

“Misalnya, satu nasi bisa ditukar dengan satu kemasan plastik ukuran besar, seperti kemasan beras. Kalau ukuran plastik sedang kayak minyak goreng itu 2 lembar. Nah kemasan yang kecil seperti bungkus kopi, mie, dan lainnya itu 5 lembar,” terang Cintya.

Baca Juga  Genjot Kompetensi Jurnalis, PWI Kaltim Gelar UKW Gratis, Terbuka untuk 54 Wartawan

Dalam sehari, Cintya bisa menghabiskan hingga 125 paket nasi bungkus. Dia menambahkan, dirinya juga mendapat bantuan dari para donatur berupa bahan makanan mentah maupun yang sudah diolah. Saat ini jumlah donatur mencapai 80 orang. Para donatur, lanjutnya, berasal dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, Pegawai Negeri Sipil (PNS), hingga pengusaha.

“Alhamdulillah sekarang banyak dari teman-teman yang bergabung di WIB sebagai donatur. Awal merintis saya pakai modal sendiri Rp 400 ribu untuk 50 paket nasi bungkus,” bebernya.

Baca Juga  Cek Kesiapan New Normal, Disnaker dan Dinkes Visitasi ke Perusahaan

Seiring berjalannya waktu, Cintya mengungkapkan jumlah pembeli terus bertambah. Dia menambahkan para pembeli tersebut mengetahui info warung khusus duafa itu dari mulut ke mulut.

“Saya dan para donatur berharap dengan adanya WIB bisa membantu kaum duafa agar tidak kekurangan gizi,” pungkasnya. (*)

Penulis: Suci Surya Dewi
Editor: Yusva Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button