Dampak Jokowi Larang Ekspor CPO, Petani Sawit RI Babak Belur, Malaysia Untung Berlipat

Rupanya aturan larang ekspor CPO berdampak buruk ke petani sawit. Aturan larang ekspor CPO membuat petani RI babak belur dan menguntungkan negara pengekspor sawit lainnya.
Akurasi.id, Jakarta – Keputusan Presiden Jokowi melarang ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan bahan baku minyak goreng lainnya menimbulkan dampak negatif untuk para petani. Harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani anjlok hingga di bawah harga pemerintah.
Tak hanya itu, larangan ekspor CPO tersebut malah menguntungkan Malaysia. Negeri Jiran itu kini menjadi penguasa pasar CPO.
Pemerintah mengeklaim kebijakan larangan ekspor CPO sukses menurunkan harga minyak goreng curah di dalam negeri. Tapi berdasarkan pantauan kumparan, minyak goreng curah masih sulit. Berikut kumparan merangkum dampak larangan ekspor CPO:
Petani Sawit RI Babak Belur
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengungkapkan, harga TBS jatuh sejak sebelum lebaran sampai sekarang. Penyebabnya adalah kesimpangsiuran informasi harga TBS di semua stakeholder sawit, baik itu petani, pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), dan Dinas Perkebunan (Disbun) tentang dampak pelarangan ekspor CPO dan produk turunannya.
Kesimpangsiuran ini memberikan kesempatan besar bagi para pemain atau spekulan harga TBS sawit. Sehingga, PKS yang mematuhi patokan harga TBS sawit dari pemerintah.
“Luar biasanya, tidak satu pun PKS yang patuh terhadap harga penetapan Disbun dan SE Plt Dirjenbun, baik TBS petani plasma maupun petani swadaya, meskipun petani plasma lebih baik sedikit harganya, tetapi sama-sama anjlok,” ujar Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung, kepada kumparan, Sabtu (7/5).
Kekacauan bertambah parah oleh gagalnya beberapa tender PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN). Kata dia, semua peserta tender berlomba-lomba menawar dengan harga rendah, di mana tender CPO KPBN sejak 22 April sampai 28 April semua berakhir tragis alias WD (tidak saling sepakat).
“Penawaran tertinggi di 28 April hanya Rp 12.000 per kg CPO, sementara KPBN membuka harga Rp.16.218 (Dumai) dan hasilnya WD. Padahal hasil tender KPBN selalu menjadi kiblat penetapan harga TBS di 22 Provinsi Apkasindo,” jelasnya.
Di lain sisi, menurut Gulat, para petani sawit semakin gigit jari karena secara bersamaan harga CPO dunia sudah mencapai Rp 24.565 per kg. Kondisi ini membuat petani sawit Malaysia ketiban untung karena harga TBS mereka sudah di atas Rp 5.000 per kg.
Petani Sawit Berharap Pemerintah Segera Cabut Larangan Ekspor Segera
Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto, mengatakan saat ini harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit terpantau masih jauh dari ketentuan pemerintah setempat.
Mansuetus mengungkapkan, harga TBS sawit patokan pemerintah masih mengikuti bulan April, karena harga patokan selanjutnya akan tentukan di akhir Mei. Dia berkata, harga berdasar aturan masih Rp 3.600 hingga Rp 3.700 per kilogram (kg).
Kendati begitu, lanjut dia, hampir seluruh PKS hanya mau membeli dengan harga yang mereka tentukan secara sepihak. Harga tersebut tentu jauh di bawah harapan para petani sawit.
“Namun (harga TBS sawit) di petani mandiri atau petani swadaya masih jauh di bawah harapan, di harga Rp 1.200 hingga Rp 2000 per kg,” ujar Mansuetus saat kumparan hubungi, Sabtu (7/5).
Mansuetus menuturkan, petani sawit berharap agar kebijakan larangan ekspor CPO tidak akan berlaku terlalu lama. Selain itu, para petani juga memberikan sederet solusi konkret untuk pemerintah memastikan kesejahteraan petani sawit.
Pertama, memberikan subsidi pupuk langsung kepada petani. Kemudian, menurunkan program B30 menjadi B20 saja untuk bahan baku minyak goreng, dan membangun refinery minyak goreng oleh BUMN dan koperasi petani.
“Bangun koperasi dan fasilitasi kemitraan dengan perusahaan. Karena petani swadaya itu yang tertekan oleh perusahaan dan tengkulak. Pemerintah sudah mewajibkan pabrik sawit beli dari petani melalui kelembagaan tani, tapi banyak tidak patuh ini soal ini,” ungkapnya.
Ekonom: Devisa USD 3 Miliar per Bulan Lari ke Malaysia
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menjelaskan, Malaysia sebelumnya memiliki porsi sekitar 27 persen dari total produksi CPO dunia atau memiliki kapasitas produksi 20 juta ton per tahun.
“Dengan absennya Indonesia di pasar CPO internasional pasca pelarangan ekspor, akhirnya Malaysia menjadi penguasa 84 persen total ekspor CPO. Ini sebuah kesalahan kebijakan yang membuat Malaysia mendapat durian runtuh dua kali,” kata Bhima kepada kumparan, Minggu (8/5).
Bhima menjelaskan setidaknya kondisi ini menguntungkan Malaysia. Pertama, harga CPO pasca pelarangan ekspor naik 9,8 persen daripada satu bulan yang lalu. Harga CPO saat ini tercatat 6.400 RM per ton.
Dan yang Kedua, importir sawit khususnya di India, China dan Eropa mencari alternatif sawit ke Malaysia. Akibatnya petani dan ekosistem industri CPO di Malaysia kebanjiran kontrak.
Khawatirnya kontrak berlaku jangka panjang minimum 1 tahun ke depan. Akibatnya ketika pelarangan ekspor CPO berakhir, tidak mudah bagi produsen sawit Indonesia mencari calon pembeli karena sudah terikat kontrak dengan Malaysia.
“Devisa ekspor yang hilang hingga USD 3 miliar per bulan dari hasil ekspor CPO Indonesia lari ke Malaysia,” jelas dia.
Minyak Goreng Curah Masih Susah Didapat
Istana Kepresidenan RI mengeklaim kebijakan larangan ekspor minyak goreng berikut bahan bakunya sudah membuat pasokan dalam negeri stabil. Bahkan menurut Kantor Staf Presiden, harga minyak goreng curah di pasaran berangsur stabil.
Menurut Deputi III Kepala Staf Kepresidenan RI Panutan Sulendrakusuma, harga minyak goreng curah sudah memasuki tren penurunan meski belum signifikan.
“Dari data KSP, per 2 Mei kemarin harga minyak goreng curah sudah di bawah Rp 20.000. Tren melandai dan cenderung turun,” jelas Panutan dalam keterangan resmi, Rabu (4/5).
Namun berdasarkan pantauan kumparan di lapangan, minyak goreng curah masih sulit mencari. Pada Rabu (4/5) dan Kamis (5/5), kumparan mengecek ketersediaan minyak goreng curah di Pasar Minggu dan Pasar Mampang. Tak ada pedagang yang menjual minyak goreng curah. Stok sudah kosong sejak sebelum lebaran. (*)
Sumber: Kumparan.com
Editor: Redaksi Akurasi.id