Kabar Politik

Di Balik Profesi Wakil Rakyat Bontang, Ada Penjual Ayam, Nelayan, dan Buruh Kuli

Loading

Di Balik Profesi Wakil Rakyat Bontang, Ada Penjual Ayam, Nelayan, dan Buruh Kuli
Dari kiri, Sumaryono, Amir Tosina, dan Raking adalah para wakil rakyat Kota Bontang. (Ayu Salsabilah/Akurasi.id)

Akurasi.id, Bontang – Untuk menjadi seorang anggota legislator tidak melulu harus berasal dari latar belakang pengusaha atau memiliki modal banyak. Mereka yang berlatar sebagai seorang penjual ayam hingga buruh kuli pun bisa menduduki kursi wakil rakyat. Seperti garis nasib yang menghantarkan beberapa legislator di DPRD Kota Bontang.

Sebut saja salah satunya yakni Sumaryono. Wakil rakyat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, awalnya dikenal sebagai seorang penjual ayam potong. Garis politik kini membawanya menjajal kursi DPRD Bontang untuk lima tahun ke depan. Pria yang telah menginjak usia 49 tahun itu, cukup bersyukur karena bisa terpilih sebagai anggota legislatis pada pemilu serentak 2019. “Niatan saya maju di politik adalah sebagai ibadah,” ucapnya.

Kegigihannya merintis usaha penjual ayam telah mengantarkannya menjadi seorang pengusaha sukses di Kota Taman –sebutan Bontant. Mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, bagi Sumaryono adalah bagian dari pengabdian dan ibadah. Merogoh isi kantong pribadi pun tidak menjadi soal baginya, sepanhang itu untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Baca Juga  Prabowo Diminta Jauhi Figur Toxic dalam Pembentukan Kabinet Baru

“Saya yakin, kalau dulu saya membantu masyarakat dengan uang pribadi hanya sedikit jumlahnya. Tapi setelah jadi dewan, saya akan (berupaya mendapatkan) anggaran untuk kepentingan dan kemaslahatan umat semakin banyak,” tuturnya.

Peningkatan kualitas kegiatan keagamaan adalah salah satu fokus program yang ingin dia suarakan di DPRD Bontang nantinya. Dia ingin, Kota Taman dalam beberapa tahun mendatang menjadi kota yang penuh dengan nilai-nilai keagamaan. Sesuai dengan slogam Pemkot Bontang, yakni kota yang tertib, aman, nyaman, dan penuh nilai-nilai agama.

“Misalnya dengan membesarkan majelis taklim. Insyaallah dengan background saya sebagai pemilik pondok dan pengurus Majelis Solawat Bontang (MSB), saya akan berupaya setiap tahun majelis taklim bisa mendapatkan anggaran dari pemerintah,” cakapnya.

Anggota dewan Bontang yang juga mengawali karir dari bawah yakni Amir Tosina. Pada pangkalnya, Amir Tosina karib dikenal sebagao seorang nelayan. Bagi politikus Partai Gerindra ini, keterwakilannya di DPRD Bontang, merupakan suatu anugerah dan perjuangan panjang.

Baca Juga  Listrik Lok Tunggul Bonles Dipastikan  Komisi III DPRD Bontang Terpasang  November Mendatang

Keseriusan dan kegigihan berjuang adalah modal besar yang erat digengam Amir. Itu menjadi modal dasar dia maju pada bursa pemilu legislatif pada 2019 ini. Semangat serupa yang ingin dia lakukan selama menjabat wakil rakyat Bontang. “Saya tiga kali caleg (calon legislatif), alhamdulillah dua kali duduk,” ucapnya.

Pria yang sempat mencicipi jabatan ketua RT di Kelurahan Berebas Tengah itu, memang bukan wajah baru di DPRD Bontang. Pada periode sebelumnya, Amir mewakili Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK). Namun dalam perjalanannya, Amir di pergantian antar waktu (PAW). “Dulu hanya setahun empat bulan (sebagai anggota DPRD) lalu di PAW, karena saya pindah partai. Semoga sekarang bisa lima tahun,” cakapnya.

Baca Juga  Sah, Rekom PDIP ke Tangan Mahyunadi-Kinsu, Rabu Besok Terima SK di Jakarta

Sementara itu, anggota dewan dari Partai Berkarya, Raking mengaku seperti mendapat kejutan disumpah janji sebagai anggota dewan. Pada pemilu sebelumnya, Raking pernah mau melalui Partai Amanat Nasional (PAN). “Saya harus banyak mendengar seluruh aspirasi masyarakat,” ujar dia.

Bagi Raking, di komisi berapa pun nantinya akan ditetapkan, dia berucap siap melaksanakannya. Sebab bagi dia, kehadirannya di legislator Bontang bukan semata mencari jabatan, tetapi ingin membantu memperjuangkan aspirasi pembangunan masyarakat di daerah pemilihan (dapil) yang dia wakili.

“Prinsip khusus saya (bekerja) harus melihat wong cilik, kata orang Jawa, karena saya berasal dari orang bawah. Karena saya dari orang kecil, jadi saya harus berpihak pada orang kecil, dari segi ekonomi yang harus lebih diperhatikan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ayu Salsabilah
Editor: Yusuf Arafah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button