Melirik Sebaran Suara NU dan Muhammadiyah, Menurut Survei SMRC Tersebar di 3 Tokoh

Berdasarkan Survei SMR dari 1.029 responden, mayoritas pemilih anggota NU dan Muhammadiyah memilih Ganjar Pranowo. Namun, suarag ketiganya seimbang ketika ditanyakan kepada anggota aktif organisasi masjid dan taklim.
Akurasi.id, Jakarta – Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan mayoritas pemilih dari anggota Nahdlatul Ulama (NU) memilih Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Hal ini terlihat dari hasil survei SMRC yang menunjukkan 47 persen responden yang berasal dari anggota NU yang aktif, memilih Ganjar. Lainnya memilih Prabowo Subianto (24 persen) dan Anies Baswedan (18 persen). Meskipun ketiga tokoh tersebut dinilai tidak memiliki latar belakang NU yang kuat.
Survei melibatkan 1.029 responden pada 3-11 Desember 2022 dengan tingkat kesalahan kurang lebih 3,1 persen, di mana 20 persen responden merupakan warga NU.
“Ganjar yang populer. Lalu, Anies yang meskipun Santri, tidak didefinisikan sebagai orang NU. Apalagi Prabowo. Jadi ketiga tokoh ini tidak punya latar belakang NU yang kental,” jelas Pendiri SMRC Saiful Mujani secara daring sebagaimana melansir VOA, Kamis (23/2/2023).
Saiful menambahkan, NU merupakan organisasi yang cukup besar di Indonesia. Sehingga, memiliki nilai elektoral penting dalam pemilihan presiden. Namun, kata dia, tidak banyak tokoh NU yang menjadi calon kuat sejak pemilihan presiden langsung pada 2004.
Sebagai contoh, calon presiden dari NU, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla, yang mendapat suara tidak signifikan. Bahkan Hasyim Muzadi yang menjabat Ketua Umum PBNU saat itu, dan mendampingi Megawati dalam Pilpres 2004, kalah.
“Artinya pemilih NU belum tentu memilih tokoh yang berasal dari NU,” kata Saiful.
Aliran Suara ke 3 Tokoh Cukup Seimbang
Ia menilai, massa NU tidak bisa dimobilisasi secara organisasi dari atas ke bawah. Sebab, yang memiliki massa sebenarnya adalah tokoh agama atau kiai.
Karena itu, ia berpendapat pendekatan para calon ke pemilih NU tidak bisa dilakukan secara formal ke NU, melainkan melalui para kiai yang beragam untuk mendapatkan suara.
Ia menambahkan, dari sudut pandang sejarah, NU juga lebih dekat dengan partai nasionalis yakni Partai Nasionalis Indonesia (PNI) daripada dengan partai Islam.
Oleh sebab itu, menurutnya, kecenderungan orang NU memilih Ganjar lebih besar dibandingkan Anies yang dekat dengan kelompok santri.
“Kita melihat orang NU, secara politik, lebih bisa bekerja sama dengan orang nasionalis ketimbang dengan orang modernis,” ujarnya.
Kondisi yang sama, survei SMRC, juga menunjukkan anggota aktif Muhammadiyah cenderung memilih Ganjar (46 persen). Meskipun sedikit berbeda dengan orang NU, dukungan warga Muhammadiyah lebih besar Anies (33 persen) jika dibandingkan dengan Prabowo (14 persen).
Sedangkan warga yang mengaku aktif dalam organisasi masjid lebih banyak yang memilih Anies, 33 persen, disusul Prabowo 32 persen, dan Ganjar 23 persen. Pada anggota aktif majelis taklim, pilihan mereka cukup seimbang di antara tiga nama tersebut: Ganjar mendapatkan dukungan 31 persen, Anies 31 persen, dan Prabowo 26 persen.
Pengamat: Wapres Akan Menentukan Suara Pemilih NU
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai wajar para calon presiden berebut suara dari organisasi yang memiliki anggota banyak seperti NU dan Muhammadiyah. Sebab, suara yang besar tersebut akan berpengaruh besar terhadap calon presiden mendatang.
Namun, ia mengingatkan, suara warga NU nantinya akan dipengaruhi oleh calon wakil presiden yang mendampingi capres. Utamanya, jika berasal dari komunitas NU.
“Misalkan Khofifah sedang dicari karena alasan latar belakang sebagai tokoh NU. Terutama sebagai Ketua Umum Muslimat NU,” tutur Ujang kepada VOA, Kamis (23/2/2023).
Kendati demikian, Ujang menilai tokoh-tokoh NU lainnya juga memiliki peluang yang cukup kuat seperti Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar. Menurutnya, para tokoh dari NU ini memiliki peluang menang jika mendampingi calon presiden. Asalkan, kata dia, tidak ada perpecahan dalam tubuh NU seperti sekarang yang sedang bergesekan dengan PKB.
“Karena itu, akan kita lihat nanti, apakah NU dan PKB menjelang pilpres itu akan bersatu atau tidak, karena itu juga menentukan,” tambahnya. (sm/ka)
Editor: Devi Nila Sari