Kesehatan

Picu Pembekuan Darah, Denmark Setop Vaksinasi AstraZeneca, Indonesia Tetap Lanjut

Loading

Picu Pembekuan Darah, Denmark Setop Vaksinasi AstraZeneca, Indonesia Tetap Lanjut
meski kontroversi, Indonesia masih menggunakan Vaksin AstraZeneca. Kementerian Kesehatan masih menunggu kajian BPOM dan ITAGI. (Ilustrasi)

Picu pembekuan darah, Denmark setop vaksinasi AstraZeneca, Indonesia tetap lanjut. Kementerian Kesehatan masih menunggu kajian vaksin AstraZeneca dari BPOM dan ITAGI.

Akurasi.id, Bontang – Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi masih menunggu kajian vaksin AstraZeneca dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Hal ini menanggapi penghentian permanen vaksinasi AstraZeneca di Denmark karena memicu pembekuan darah langka.

“Kita tunggu informasi lebih lanjut dari BPOM dan ITAGI ya,” kata Nadia dilansir detikHealth, Kamis (15/4/2021).

Hingga kini, vaksinasi AstraZeneca masih tetap dilanjutkan karena belum ada pencabutan izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM. Terlebih, vaksin AstraZeneca masih digunakan di banyak negara dan masuk kriteria vaksin COVID-19 yang layak digunakan hingga tersertifikasi WHO.

Jasa SMK3 dan ISO

“Penggunaan vaksinasi AstraZeneca sampai saat ini yang kita lakukan, ini belum ada satu pun kasus terkait pembekuan darah. Tentunya BPOM dan juga bersama ITAGI belum mencabut penggunaan darurat daripada vaksin Astrazeneca ini,” jelas Nadia.

Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Hingky Irawan sebelumnya menjelaskan kejadian pembekuan darah pasca vaksinasi AstraZeneca sangat langka. Efek samping usai vaksinasi AstraZeneca di Indonesia sejauh ini juga masuk dalam kategori ringan.

Namun, ia meminta masyarakat untuk mewaspadai sejumlah gejala yang tak kunjung hilang selama 2 minggu pasca disuntik vaksin AstraZeneca dosis pertama. Apa saja?

Baca Juga  Jika Tidak Mau Masuk Sel Tahanan, Tim Gugus Covid-19 Diminta Tak Bermain-Main Anggaran

“Kalau pusing dikasih obat nggak membaik setelah 2 minggu, terus kalau ada sakit dada atau kesulitan napas, kalau misalnya sakit perut, nyeri tungkai, bengkak di tungkai, itu datang ke dokter untuk diperiksa,” jelas Prof Hindra beberapa waktu lalu.

Saat dihubungi, juru bicara vaksinasi COVID-19 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Ketua ITAGI belum memberikan komentar terkait penghentian vaksinasi AstraZeneca di Denmark hingga berita ini diturunkan.

Isu pembekuan darah tidak hanya menerpa vaksin buatan AstraZeneca. Vaksin COVID-19 Janssen buatan Johnson & Johnson juga mengalami nasib serupa. Amerika Serikat baru-baru ini merekomendasikan penghentian sementara vaksin ini karena diduga terkait pembekuan darah pada beberapa orang yang mendapat suntikan vaksin ini. (*)

Penulis/editor: Rachman Wahid

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button