Rawat Kebudayaan Tradisional dan Doa Bersama, Cara SMP YPVDP Peringati Hari Emisi Dunia


Akurasi.id, Bontang – Musim kemarau berkepanjangan berimplikasi besar terhadap rusaknya pepohonan dan hutan di berbagai daerah di Indonesia. Suhu udara yang terus naik juga memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti di Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel), maupun di Sumatera.
Kondisi serupa juga mulai bermunculan di sejumlah daerah di Kaltim. Misalnya di Kabupaten Berau, Kutai Timur (Kutim), dan Paser. Kemunculan titik api itu juga mulai diwaspadai guru dan pelajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra (YPVDP) Bontang.
Pada Jumat (20/9/19), sekolah terpadu yang telah berdiri sejak 18 Januari 1978 silam itu, secara khusus melaksanakan kegiatan salat istisqa (minta hujan) di halaman sekolah mereka. Selepas salat, para guru dan murid melakukan doa bersama memohon agar hujan segera turun.
Kepala SMP YPVDP Bontang Siswanta mengatakan, kegiatan salat istisqa dan doa bersama memang sengaja dilakukan pihaknya dengan harapan kemarau panjang dan bahkan cenderung ekstrim yang melanda sejumlah daerah di Nusantara, diharapkan dapat segera berlalu.
Pada kesempatan itu, tidak hanya pelajar dan guru yang menganut agama Islam yang memanjatkan doa agar hujan segera turun. Umat agama lain yang bernaung di SMP YPVDP Bontang juga melayangkan doa dengan cara masing-masing, di antaranya dari umat agama Kristen dan Katolik.
“Harapanya, lewat salat istisqa dan doa bersama, hujan dapat segera turun. Sehingga titik api dan kebakaran yang terjadi di sejumlah daerah, termasuk di Kaltim dapat segera hilang. Udara yang kita hirup juga menjadi segar dan sehat,” tuturnya.
Siswa dan Guru Serempak “Puasa” Gawai

Jumat, 20 September 2019, SMP YPVDP Bontang juga ikut memperingati hari emisi dunia. Sebagai lembaga pendidikan yang juga mengusung konsep kelestarian alam dan lingkungan, SMP YPVDP Bontang tidak ingin meluputkan perhatiannya pada acara tersebut.
Sekolah yang terletak di lingkungan PT Badak LNG itu, memiliki cara tersendiri untuk mengajak para muridnya memperingati hari emisi dunia atau zero emissions day. Mulai dari guru hingga siswa serempat untuk berpuasa gadget atau gawai pada hari itu.
Sebagai gantinya, SMP YPVDP menggelar berbagai permainan tradisional. Kegiatan itu tidak hanya melibatkan para siswa semata, tetapi juga para guru yang bernaung di tempat tersebut. Acara ini sendiri mendapatkan sambutan meriah, sebagaimana tergambar dari tawa dan senyum semringah yang menyungging dari wajah mereka.
“Peringatan hari emisi dunia merupakan salah satu program yang kami laksanakan untuk mendukung sekolah adiwiyata,” kata Siswanta kepada Akurasi.id.
Siswanta menyadari betul, perkembangan teknologi dan informatika saat ini, sedikit banyaknya telah menyumbang polusi dan emisi yang berdampak pada terganggunya ekosistem alam, lingkungan, termasuk musim pancaroba yang kerap terjadi setiap tahunnya.
Melalui berbagai permainan tradisional, SMP YPVDP ingin mengajak setiap anak didik menghindari ketergantungan terhadap gawai, yang kian hari semakin canggih. Di sisi lain, lewat permainan tradisional, setiap siswa diajak membudayakan berbagai permainan di masa tempo dulu.
Selain itu, lewat berbagai permainan tradisional, diharapkan dapat membangun nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama di antara sesama siswa maupun dengan para guru. “Hari ini (20/9/19) bebas gadget. Permainanya seperti gerobak sodor, coklak, dan main tali mengingatkan masa dulu. Ini sangat mendidik dalam hal kebersamaan,” tuturnya.
Jadi Kegiatan Rutin Setiap Tahun

Membudayakan berbagai permainan tradisional dinilai cukup bagus oleh Siswanta. Selain karena memang untuk melestarikan kebudayaan Nusantara, kehadiran permainan tradisional di sekolah akan memperkenalkan anak dengan sejarah yang dimiliki Indonesia.
Siswanta pun berkeinginan, kegiatan bernuansa kebudayaan dan nilai-nilai tradisional dapat menjadi kegiatanan tahunan bagi SMP YPVDP Bontang ke depan. Dia merasa yakin, jika berbagai permainan tradisional dapat menyenangkan para siswa dan guru.
“Program ini kita harapkan akan terus berkelanjutan. Tahun ini sekolah kami juga menggalakan sekolah ramah anak,” katanya.
Sementara itu, Davina Aurelya, salah seorang siswi SMP YPVDP, mengaku cukup senang dengan kegiatan yang dilaksanakan sekolahnya. Menurut dia, permainan seperti gerobak sodor dan coklak sudah jarang dilakukan. “Kami senang bisa merasakan permainan ini. Semoga permainan ini terus dilestarikan,” harapnya. (*)
Penulis: Hermawan
Editor: Yusuf Arafah