HeadlineRiwayat

Di Balik Keputusan Politik Ordiansyah, Sentil Kebijakan yang Syarat Kelompok, Terbuka Dipasang Jadi Bupati dan Wakil (2-habis)

Loading

bupati
Membawa Kutim menjadi salah satu daerah maju di Kaltim dan Indonesia adalah mimpi yang ingin diwujudkan calon Bupati dan Wakil Bupati Kutim 2020 Ordiansyah. (Dok Ordiansyah)

Keputusan politik Ordiansyah untuk terjun dalam pencalonan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kutai Timur didasarkan atas sejumlah alasan. Salah satu alasan atas keputusan politik Ordiansyah itu, terkait keinginnya menghadirkan perubahan bagi pembangunan di Kutim.

Akurasi.id, Sangatta – Kualitas penyelenggaraan pemerintah di sebuah daerah sangat bergantung dari bagaimana komposisi aparatur pelaksananya. Menempatkan para pejabat yang berkompeten dan sesuai bidangnya adalah salah satu caranya.

Politik pemerintahan yang dibangun di Kutim dalam beberapa tahun terakhir, dianggap hanya berbasis kepentingan kelompok dan faktor kedekatan. Wajar, jika pengelolaan pemerintah menjadi sangat semrawut. Akibatnya, defisit berkepanjangan tanpa solusi nyata. Utang proyek yang juga seakan tiada berkesudahan.

Baca Juga: Di Balik Keputusan Politik Ordiansyah, Soroti Persoalan Birokrasi, Usung Jargon ‘Berjuang Untuk Rakyat’ (1)

Jasa SMK3 dan ISO

Lalu bagaimana Ordiansyah menjawab persoalan tersebut. Akankah di Pilbup Kutim 2020, Ordiansyah akan memasang posisi tawar sebagai calon bupati atau akan sedikit lebih longgar dengan menerima sebagai calon wakil bupati? Berikut petikan wawancara Akurasi.id dengan Ordiansyah belum lama ini:

Baca Juga  Peluncuran SIM C1: Panduan Lengkap Pembuatan, Biaya, dan Motor yang Digunakan

Berdasarkan pandangan bapak, dari sisi penyelenggaraan pembangunan saat ini, apakah berjalan dengan cepat atau tidak? Apa solusinya?

Menurut saya, keberpihakan dari pemerintah karena kita ini rezim anggaran defisit, pemerintah harus berpihak dan berkepentingan lebih banyak ke masyarakat. Terkesan sudah sekarang di umum masyarakat tahu betul misalnya kepentingan-kepentingan kelompok pendukung bupati dan wakil bupati itu yang didahulukan untuk menyerap anggaran sudah bukan rahasia lagi. Jadi umumnya akhirnya masyarakat yang jauh dari ibu kota ini akan tertinggal. Akses mereka ke public services, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur itu sangat jauh.

Sebutkan 3 alasan mengapa bapak harus maju di pilbup nanti?

Birokrat harus bekerja secara maksimal. Itu harus. Tidak ada pilihan lain. Karena orang di belakang bupati dan wakil bupati itu adalah birokrat. Mereka harus orang yang kompeten, skillfully (keterampilan) atau punya keahlian, dan mereka secara akademik bagus. Jadi kalau bisa dipilih birokrat yang bagus maka kita berharap kinerja pemerintahan bagus.

Baca Juga  Restui Duet Mahyunadi-Kinsu, Mahyudin: Kutim Butuh yang Punya Ide dan Gagasan

Kedua tentu pengelolaan anggaran harus prudent (bijaksana), harus bisa dipercaya masyarakat berdasarkan perencanaan yang tersusun dengan prioritas yang jelas. Sehingga apapun guncangan anggaran di tengah perjalanan itu tidak membuat shock masyarakat.

Ketiga tentu disparitas pembangunan, ketidakseimbangan antara pembangunan di perkotaan di daerah pemukiman padat dengan yang jauh. Itu intinya 3 poin.

bupati

Ketika bersentuhan politik yang tentu dinamis, sebagai salah satu kandidat yang disuarakan, apakah bapak harus maju sebagai bupati atau wakil?

Saya harus realistis, saya bukan orang partai. Aslinya saya independen sebenarnya. Saya sedang berusaha maju melalui sokongan partai politik. Saya sedang berusaha, meskipun juga masih tetap terbuka saya untuk maju independen. Tapi karena parpol lebih dulu membuka kesempatan, saya juga ikut. Saya realistis. Tentu target saya wakil maupun bupati tergantung penilaian parpol. Artinya saya dua-duanya siap.

Baca Juga  Ogah Bahas Pilkada, Ismu Fokus Tangani Covid-19

Menurut saya pemerintahan itu satu paket. Wakil maupun bupati itu satu kesatuan kalau mereka kompak menjalankan kebijakan. Saya kira dua-duanya bisa saling mengisi.

Komunikasi politik apa saja yang sudah dilakukan?

Secara formal saya sudah melamar ke Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai NasDem, dan Partai Gerindra. Saya mengikuti semua tahapan. Sampai sekarang masih berlanjut. Dan komunikasi personal, saya sudah lakukan ke hampir semua tokoh-tokoh parpol. Untuk melihat seinyal-sinyal kecenderungan yang diinginkan mereka untuk pasangan-pasangan yang diharapkan.

Dengan tokoh-tokoh siapa saja?

Saya kira komunikasi hampir semua. Berkomunikasi dengan calon-calon lain sudah. Karena bagi saya komunikasi itu bukan untuk saling menjatuhkan tapi memastikan kita semua sepakat jika nanti saatnya harus ada yang maju, itulah yang terbaik. Kita mau menyelaraskan pemahaman yang terbaik harus maju. (*)

Penulis: Suci Surya Dewi
Dilengkapi: Dirhanuddin
Editor: Dirhanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button