393 Warga Kutim Positif HIV, 8 Ibu Hamil dan 1 Bayi Terjangkit, Begini Penyebabnya


Akurasi.id, Sangatta – Pertumbuhan jumlah masyarakat yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) setiap tahunnya kian menghawatirkan saja. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kutim selama 4 tahun terakhir (2015-2019) sudah ada 393 warga Kutim yang terinfeksi penyakit mematikan tersebut.
Baca Juga: Jadi Penderita HIV/AIDS, Umar Berjuang Melawan Perilaku Diskriminasi
Khusus 2019 saja, dari kegiatan voluntary counselling and testing (VCT) kepada 12.254 orang di Kutim, terdeteksi 118 orang dengan HIV positif. Dari jumlah tersebut diketahui ada delapan orang yang merupakan ibu hamil dan satu bayi yang lahir dengan HIV positif.
Sementara sisanya, dari kalangan penyuka sesama jenis, pasien tuberkulosis (TBC), pekerja seks (PSK) serta pelanggan PSK itu sendiri. Mereka tersebar di 21 layanan Puskesmas dan enam rumah sakit di Sangatta.
“Masalah ini menjadi perhatian serius dari kami selama beberapa tahun terakhir ini,” kata Ketua KPA Kutim Harmadji Partodarsono, usai pelaksanaan seminar kesehatan di kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim pada Rabu (8/1/20).
Dari 18 kecamatan yang ada di Kutim, Kecamatan Muara Wahau dan Sangatta Utara adalah dua kecamatan yang paling banyak terindikasi penyakit tersebut. Selain menjadi daerah dengan kepadatan penduduk paling banyak, kedua kecamatan ini juga diindikasikan rawan virus HIV dan AIDS karena pernah memiliki tempat prostitusi.
“Kami sedikit bersyukur karena rumah prostitusi seperti di Kampung Kajang tidak lagi beroperasi. Tapi di sisi lain, yang kami takutkan yakni adanya prostitusi yang terselubung. Masih banyaknya masyarakat yang terinfeksi virus HIV dan AIDS di Sangatta Utara ini, bisa jadi karena hal itu,” ujarnya.
Menurut dia, mudahnya penyebaran penyakit tersebut di masyarakat dikarenakan dua faktor, yakni perilaku masyarakat yang senang jajan seks sembarangan dan tidak menggunakan pelindung (kondom) saat berhubungan intim. Kedua hal itu cenderung dianggap sepele oleh masyarakat dan tidak menyadari efek negatif yang ditimbulkannya.
“Selain kedua faktor itu, faktor lain yang juga bisa membuat seseorang bisa terinfeksi virus HIV maupun AIDS yakni perilaku gonta-ganti pasangan dalam berhubungan intim. Jika ketiga hal itu tidak dipedulikan masyarakat, maka tanpa disadari virus mematikan itu mungkin saja sudah menyerang tubuh,” sebutnya.
Hal yang cukup ironi dari dampak perilaku masyarakat tersebut, lanjutnya, yakni adanya ibu hamil yang juga sampai terinfeksi penyakit itu. Selama 4 tahun terakhir ini saja, sudah ada delapan ibu hamil divonis terinfeksi virus HIV dan AIDS.
“Dari 393 orang yang terindikasi terinfeksi penyakit tersebut, sebanyak delapan orang ibu hamil. Penyebaran virus HIV dan AIDS ini paling banyak ada di mereka yang usia produksi 31-41 tahun,” bebernya.
Harmadji menambahkan, untuk menekan penyebaran virus HIV dan AIDS, kesadaran penuh dari seluruh kalangan masyarakat adalah kuncinya. “Sebab meski kami terus menggalakkan kesadaran bahaya virus tersebut, tapi jika tidak didukung oleh kepedulian masyarakat maka menekan angka tersebut hanya akan sia-sia saja,” tutupnya. (*)
Editor: Dirhanuddin