Banjir Samarinda Belum Juga Turun, Para Korban Mulai Krisis Makanan


Akurasi.id, Samarinda – Banjir yang melanda sejumlah wilayah Kota Samarinda selama empat hari terakhir mulai dirasakan dampaknya bagi warga. Tidak hanya karena rumah mereka terendam banjir, tetapi persediaan makanan yang mereka miliki juga kian menipis.
baca juga: Banjir Samarinda Kian Mengkhawatirkan, Ratusan Siswa SD Dievakuasi, Sekolah Diliburkan
Hal itu banyak dirasakan warga yang bermukim di kawasan Perumahan Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara. Sebagai daerah langganan banjir, para warga setempat terpaksa mengungsi ke sejumlah masjid di wilayah itu. Di antaranya di Masjid Al Muhajirin.
Salah seorang warga korban banjir di daerah Bengkuring, Dewi Sari (36) mengatakan, sampai dengan Rabu (15/1/20) sore, dirinya bersama warga lain yang mengungsi di Masjid Al Muhajirin, belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
Dia berujar, untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum selama 3 hari terakhir, semuanya dia beli sendiri. “Semua saya beli sendiri (makanan dan minumannya), Mas,” ucap warga bermukim di RT 37, Jalan Terong tersebut.
Melihat banjir yang hingga Rabu (15/1/20) sore belum juga turun, membuat Dewi semakin khawatir. Karena stok makanan dan minuman yang dia punya semakin menipis. Dewi berharap, agar pemerintah segera menyalurkan bantuan kepada warga yang menjadi korban banjir.
Selain mengharapkan bantuan makanan siap saji, bantuan lain yang sangat diharapkan yakni pempers anak kecil, minyak kayu putih, obat anti nyamuk, dan kebutuhan air bersih.
“Di sini ada banyak anak kecil. Mereka butuh pempers dan obat-obatan. Dan di sini sudah enggak ada makanan, ada banyak nyamuk juga,” cakapnya.
Hal senada juga disampaikan Sumiyati (39). Warga RT 32 Kelurahan Sempaja Timur yang juga rumahnya terendam ini mengaku, kalau dia dan keluarganya sudah dua hari di Masjid Al Muhajirin. Dan selama dua hari pula dia belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
“Biar nasi satu bungkus belum ada mas. Air minum juga belum ada yang diberikan kepada kami di sini,” imbuhnya.
Seperti halnya Dewi, Sumiyati juga mengandalkan isi kantongnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan selama mengungsi dari banjir. Namun yang sedikit dia syukuri, karena di sekitar masjid tempat dia mengungsi terdapat posko kesehatan yang dibuka Puskesmas Bengkuring untuk para korban banjir.
“Syukurnya, di sekitar kami mengungsi ini masih ada posko kesehatan dan anak-anak tidak ada yang sampai sakit,” ucap ibu dua anak ini.
Terpisah, Kepala Puskesmas Bengkuring, Dr Tiori Karo-Karo menyebutkan, pihaknya memang sengaja membuka posko pelayanan kesehatan. Hal itu sebagai antisipasi ketika ada warga korban yang jatuh sakit atau membutuhkan obat-obatan.
Untuk memenuhi pelayanan kesehatan para warga korban banjir, Dr Tiori bahkan membuka sebanyak dua posko layanan kesehatan di sekitar wilayah tersebut. “Kalau kegiatan layanan kesehatannya seperti pada hari-hari biasa saja. Cuman pindah tempat ke sini saja,” tuturnya.
Dr Tiori menyebutkan, umumnya penyakit yang banyak dikeluhkan para korban banjir yakni sakit tenggorokan, tensi, vertigo, batuk dan pilek. Secara umum, semua penyakit itu belum ada yang berkaitan langsung dengan wabah penyakit akibat dampak banjir.
“Biasanya penyakit-penyakit itu karena warga merasa stres, sehingga darah mereka naik. Dan sejauh ini, belum ada warga yang mengalami penyakit gatal-gatal,” katanya. (*)
Penulis/Editor: Dirhanuddin