
Bandung, Akurasi.id – 1 Agustus 2024 – Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung baru-baru ini melaporkan peningkatan jumlah anak yang harus menjalani cuci darah. Namun, pakar kesehatan di RSHS menegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan oleh konsumsi minuman manis, meskipun banyak orang tua yang khawatir akan hal tersebut.
Dr. Andi Setiawan, Sp.PD-KGH, seorang ahli penyakit dalam dan ginjal di RSHS, menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang lebih mungkin menyebabkan kerusakan ginjal pada anak-anak. “Banyak orang tua yang langsung menyalahkan minuman manis sebagai penyebab utama kerusakan ginjal pada anak-anak mereka, namun faktanya, ada banyak faktor lain yang lebih signifikan,” ujarnya.
Faktor Penyebab Kerusakan Ginjal pada Anak
Menurut Dr. Andi, beberapa faktor yang bisa menyebabkan anak-anak mengalami kerusakan ginjal antara lain adalah:
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) – Infeksi berulang pada saluran kemih dapat merusak ginjal jika tidak ditangani dengan baik.
- Gangguan Imunologi – Beberapa kondisi autoimun seperti lupus dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
- Kelainan Bawaan – Beberapa anak lahir dengan kelainan bawaan pada ginjal yang memerlukan penanganan khusus sejak dini.
- Penyakit Kronis – Penyakit kronis seperti diabetes tipe 1 juga dapat mempengaruhi kesehatan ginjal anak-anak.
Peran Minuman Manis dalam Kesehatan Ginjal
Walaupun minuman manis dapat berkontribusi pada obesitas dan masalah kesehatan lainnya, Dr. Andi menyebutkan bahwa minuman manis bukanlah penyebab langsung kerusakan ginjal. “Minuman manis memang tidak baik untuk kesehatan secara keseluruhan, tetapi tidak bisa secara langsung disalahkan sebagai penyebab utama kerusakan ginjal pada anak-anak,” tambahnya.
Dr. Andi juga menekankan pentingnya pendidikan kesehatan bagi orang tua dan anak-anak tentang pola hidup sehat. “Pola makan seimbang, menjaga kebersihan pribadi, dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk penyakit ginjal,” katanya.
Penanganan dan Pencegahan
RSHS telah mengambil langkah-langkah untuk menangani peningkatan jumlah anak yang membutuhkan cuci darah. “Kami telah meningkatkan kapasitas unit cuci darah dan menyediakan layanan konsultasi bagi keluarga pasien untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi kesehatan ginjal,” kata Dr. Andi.
Ia juga mengimbau orang tua untuk tidak panik dan segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan jika menemukan gejala yang mencurigakan. “Deteksi dini dan penanganan tepat dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada ginjal,” ujarnya.
Kasus peningkatan anak yang menjalani cuci darah di RSHS bukanlah akibat langsung dari konsumsi minuman manis. Banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kesehatan ginjal anak-anak. Pendidikan kesehatan dan pola hidup sehat sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk penyakit ginjal.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy