4 Titik Sentral di Balik Pemicu Bencana Banjir Samarinda, Hanya Semalam 55 Titik Jadi Lautan Dadakan


4 titik sentral di balik pemicu bencana banjir Samarinda, hanya semalam 55 titik jadi lautan dadakan. Diakui Andi Harun, bencana banjir Samarinda yang terjadi lantaran ada pengupasan lahan dari aktivitas perkebunan, tepat di seberang kawasan pergudangan Samarinda Central Bizpark (SCB).
Akurasi.id, Samarinda – Hujan yang menerpa Samarinda Minggu (29/8/2021) malam membuat Kota Tepian kembali menjadi lautan dadakan. Sedikitnya, ada 55 titik banjir di seluruh penjuru kota yang menggenangi ruas-ruas jalan dan pemukiman dengan kedalaman sekitar 30 sentimeter hingga 50 sentimeter. Dari titik banjir lama yang kambuh kembali, hingga titik banjir baru yang terjadi lantaran pengupasan lahan maupun diakibatkan tidak maksimalnya fungsi saluran air.
Dari sekian banyak titik banjir tersebut, setidaknya pada Senin (30/8/2021) tercatat empat titik banjir terparah. Diantaranya yang terjadi di Kecamatan Palaran, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kecamatan Sungai Kunjang, dan Kecamatan Samarinda Ulu.
Wali Kota Samarinda Andi Harun mengatakan, selain curah hujan yang cukup tinggi, kiriman air hujan dari hulu ke arah hilir merupakan salah satu penyebab tingginya debit air di beberapa titik.
“Hujan di kota tidak terlalu lama, tapi hujan di daerah hulu berlangsung cukup lama dan deras mengakibatkan semua wilayah di Samarinda tergenang banjir, hingga yang terparah mencapai pinggang orang dewasa,” kata dia.
Pengupasan Lahan Perkebunan di SCB Perparah Keadaan
Seperti banjir yang terjadi di Kelurahan Bukit Pinang tepatnya di Jalan Suryanata. Dikatakannya, banjir terjadi lantaran ada pengupasan lahan dari aktivitas perkebunan tepat di seberang kawasan pergudangan Samarinda Central Bizpark (SCB). “Kami sudah menginstruksikan BPBD beserta camat dan lurah untuk meninjau lokasi tersebut,” ujarnya.
Selain pengupasan lahan dimaksud, menurutnya, diduga kuat penemuan titik banjir di tempat yang sama juga diakibatkan belum berfungsinya secara maksimal polder yang berada di Kelurahan Bukit Pinang. Mengingat, sebelumnya pihak pergudangan SCB telah berjanji untuk membangun polder sebagai tempat aliran air. Sebagai salah satu syarat diizinkannya pendirian bangunan di kawasan itu.
“Inikan sebenarnya di sana sebagian sudah kita segel. Kegiatan di sana tidak bisa dilanjutkan tanpa menyelesaikan pembuatan kolam seperti yang mereka ajukan. Setelah kami periksa lahan yang diajukan sebagai pembuatan kolam dijadikan bagian dari bangunan pergudangan. Itu akan kami bongkar,” terang orang nomor satu di Samarinda ini.
Begitupun titik banjir yang berada di Loa Bakung. Saat melakukan tinjauan diperlukan waktu sekitar satu jam untuk keluar. Dikatakan pria yang kerap disapa AH ini, secara teknis untuk melakukan antisipasi banjir di kawasan tersebut sangat kecil karena yang menjadi persoalan adalah akses jalan yang padat, perumahannya sempit dan terletak di kaki gunung. Sehingga ketika hujan deras, kerap terjadi pengiriman tanah ke bawah.
“Ada sekitar 2 rumah terletak di kaki gunung, untuk jangka panjang kami berharap mereka bisa pindah karena sangat berbahaya. Minggu ini kami bantu buat terusan sehingga kalau terjadi banjir ada pemecahan air,” ujarnya.
Pembenahan Menyeluruh Drainase Sungai Kunjang Butuh Cepat
Sementara itu, Camat Sungai Kunjang Jumar mengakui, ada 3 titik banjir terparah di lingkup kerjanya yang terjadi di kawasan Jalan Padat Karya Kelurahan Loa Bakung, di Karang Mulya Kelurahan Lok Bahu banjir merata menggenangi 10 RT, hingga Kelurahan Loa Buah.
Ia mengatakan, untuk Lok Bahu memang terletak di pinggiran sungai sehingga rawan terdampak banjir. Sedangkan untuk kawasan Padat Karya, memang perlu dibangunkan drainase yang lebih lebar, tepatnya di muara Jalan Keratak Anyar.
“Artinya 2022 parit di situ memang harus dilebarkan, direlokasi rumah-rumah di sampingnya agar banjir tidak terulang kembali. Dulu di hulunya sempat dilebarkan, tapi di hilirnya masih kecil,” terangnya.
Sementara ini, lanjut dia, warga masih memilih menetap di kediaman masing-masing. Sehingga, pihaknya pun kini tengah mengusahakan pengerukan tanah-tanah yang mengendap di jalan untuk mengurangi debit air.
“Kami juga akan mengimbau kepada warga yang memiliki lahan di atas gunung agar menanami tanaman yang mampu menahan air. Itukan di atas cuma singkong dan pohon pisang, makanya rawan longsor,” ungkapnya. (*)
Penulis: Devi Nila Sari
Editor: Redaksi Akurasi.id