

Akurasi. id, Sangatta- Seluruh masyarakat Kutai Timur (Kutim) patut berbangga memiliki atlet panahan muda sekelas Kayla Adinda Utomo. Tak hanya muda dan cantik, namun juga memiliki bakat memanah di atas rata-rata. Potensi dimaksud menjadikan Dinda sapaan akrabnya, menjadi aset berharga Kutim di cabang olahraga (cabor) panahan.
Setelah dinyatakan lolos seleksi tahap satu menuju Pelatnas Sea Games 2019 dan Olympiade 2020, Kayla Adinda Utomo (16) kini sedang bersiap-siap mengikuti seleksi tahap kedua yang rencananya digelar Maret 2019.
Dari empat atlet Kalimantan Timur (Kaltim), Dinda satu-satunya atlet Kaltim asal Kutim yang berhasil lolos tahap pertama seleksi nasional (Seleknas) yang dilaksanakan di Lapangan GA Manulang, Yonkav 7/PS, Kodam Jaya, 25-27 Januari 2019 lalu.
Dinda panggilan akrabnya berada diperingkat kedua, setelah Sri Ranti dari Jawa Barat yang berhasil duduk diperingkat pertama. Peringkat ketiga ditempati oleh Triya Risky Adriyani dari DKI, dan terakhir atlet asal Jawa Timur Yurike Nina Bonita P. Membanggakan karena Dinda disejajarkan dengan tiga nama yang merupakan atlet Pemusatan Pelatihan Nasional (Pelatnas) papan atas compound wanita Indonesia.
“Bangga dan tidak percaya Dinda bisa berlaga bersama para atlet Pelatnas. Awalnya Dinda hanya bisa lihat di televisi, hanya bisa mengikuti aktivitas mereka lewat Instagram dan sekarang bisa satu lapangan itu benar-benar seperti mimpi,” ujar Dinda dengan wajah berseri-seri saat berbagi pengalamannya kepada Akurasi.id, Rabu (6/2/19).
Sebagai penggemar Dellie Threesyadinda atlet cantik compound Indonesia, Dinda mengaku kaget saat berada ditarget yang sama dengan dara cantik asal Jawa Timur tersebut. “Walaupun Dinda anak baru yang belum berpengalaman, semua atlet Pelatnas sangat baik dan ngemong (membimbing) Dinda banget,” kata Gadis kelahiran Samarinda ini.
Namun sebelum ini, Dinda sudah sering mengharumkan nama Kutim di luar daerah. Seperti saat pertama kali meraih prestasi di Kejurprov Samarinda pada nomor Compound Pelajar 30 meter, Olympic Rounds Compound Pelajar 30 meter dan Best Score pada 2017. Tiga medali emas kala itu menjadi torehan yang sedianya mendapat acungan jempol.

Ingin Ikuti Sunah Nabi Muhammad
Dinda juga sukses meraih beberapa medali di kejuaraan di Kota Balikapapan. Di antaranya Balikpapan Borneo Open dengan satu medali emas di nomor Compound Umum 18 meter dan Borneo Fiesta Balikpapan yang harus puas mendapatkan dua medali perak di nomor Compound Umum 30 meter dan Olympic Rounds Umum 30 meter.
“Awalnya terjun dalam olahraga renang dan sempat menjuarai lomba renang antar daerah di Kaltim. Namun semakin hari (dewasa), karena saya ingin menjalankan sunah Rasul lainnya (memanah), maka bersama adik laki-laki saya Muhammad Dandy Caezarido Utomo, kami belajar memanah dari dasar sejak 2016,” kata Dinda menjelaskan awal dirinya mulai mengenal panahan.
Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Deddy Utomo dan Indah Winarni ini harus melalui suka duka selama menggeluti olahraga panahan. Dari merasakan tangan memar terkena tali busur (string), kulit memerah terbakar sinar matahari hingga pengalaman memecahkan kaca jendela rumah karena terbidik anak panah (arraow) yang salah sasaran.
Dinda yang lahir di Samarinda, 30 September 2002 silam, saat ini masih berstatus pelajar kelas XI di SMA 2 Sangatta. Meski disibukkan dengan kegiatan memanah, Dinda tidak melupakan tugas utamanya yakni sekolah. Manajemen membagi waktu antara sekolah dan berlatih panah mesti dijalani hingga saat ini. Namun ketika Dinda harus bertanding ke luar kota, terpaksa harus izin mengorbankan jadwal sekolahnya.
“Saya melalui orangtua selalu menjaga komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Bagi saya mengejar pelajaran yang tertinggal atau harus ujian seorang diri memang sangat tidak menyenangkan. Tapi membawa medali demi nama harum sekolah, klub dan Kutim adalah impian saya juga,” sebut gadis berzodiak libra tersebut dengan nada bangga.
Rela Rogoh Isi Kantong Sendiri
Perjalanan menjadi atlet panahan tak selamanya berjalan mulus. Dinda mengaku kadang juga menemui kendala. Tak jarang harus keluar modal terlebih dahulu, untuk membeli peralatan memanah. Apalagi Compound bow yang menjadi spesialisasi Dinda membutuhkan biaya dan perawatan yang tidak murah.
Harga Compound bow beserta perlengkapnnya bila ditotal bisa seharga satu unit mobil. Beruntung orang tua selalu memberikan dukungan terhadap dirinya. Walaupun biaya masih menjadi kendala utama, akan tetapi Dinda sadar jika berkeinginan kuat, terus berlatih, berdoa, dan berusaha, semua pasti terlewati. Untuk saat ini Dinda menjadi pemanah termuda dari total 40 atlet seluruh Indonesia yang ikut seleknas.
Untuk bisa melaju ketahap seleksi lanjutan, Gadis yang mendapatkan penghargaan sebagai “best archer women of the year 2018” ini berharap doa dan dukungan seluruh masyarakat. Atlet binaan Mas Archery Club Kutim berharap bisa membanggakan. Serta membawa nama Cabor Panahan Kaltim dan Kutim pada khususnya ke ajang Nasional hingga Internasional.
Tak hanya sampai di situ, demi menggapai cita-cita sebagai atlet panahan nasional, Dinda merasa harus berlatih lebih giat lagi. Bersama Mas Archery Club Kutai Timur sebagai klub yang menaunginya, Dinda menambah latihanya setiap hari. “Kalau tidak hujan Dinda latihan terus, bahkan Sabtu dan Minggu latihannya full day,” tutupnya.
Penulis: Ella Ramlah
Editor: Yusuf Arafah