Harga Bawang Meroket
Akurasi.id, Sangatta – Sepekan terakhir, harga komoditas bawang merah dan bawang putih di sejumlah pasar tradisional di Sangatta, Kutai Timur (Kutim), melonjak drastis. Berdasarkan pantauan media ini di Pasar Teluk Lingga dan Pasar Induk Sangatta, Kamis (11/4/2019), kenaikan harga bawang mencapai 100 persen.
Biasanya pedagang menjual bawang merah seharga Rp 28 per kilogram (kg). Kini bawang merah dijual Rp 50 ribu per kg. Sedangkan bawang merah dengan kualitas super dijual Rp 58 ribu per kg.
Pedagang di Pasar Induk Sangatta, Suardi (50) menuturkan, kenaikan harga bawang dan komoditas lain menurunkan omset. Penyebabnya, pembeli dapat dihitung jari.
“Biasanya sehari bisa dapat Rp 6 juta. Sekarang paling Rp 2 juta. Paling kentara bawang merah dan bawang putih. Sayuran juga ikut naik. Seperti tomat. Dari harga normal Rp 6 ribu, sekarang sudah Rp 15 ribu per kilogramnya,” tutur Suardi kepada Akurasi.id.
Dia mengungkapkan, harga jual di distributor sudah naik cukup drastis. Biasanya dia membeli 3 kuintal bawang merah dengan harga Rp 6 juta. “Sekarang cuma sanggup beli 50 kilogram saja. Itu pun harganya cukup mahal. Sekitar Rp 1,7 juta,” tuturnya.
Pasokan bawang merah dari wilayah Brebes, Jawa Tengah, kerap datang terlambat. Selain itu, pasokannya berkurang.
“Malah katanya di tingkat petani [di Brebes] harganya sekarang sudah mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Dari harga normal yang biasa dijual petani sekitar Rp 7 ribu,” sebutnya.
Tingginya Permintaan
Pedagang lainnya, Desi menilai, kenaikan harga bawang disebabkan cuaca. Penjual bawang yang sudah berjualan selama sepuluh tahun itu, mengaku, kenaikan harga bawang juga karena permintaan yang tinggi menjelang bulan Ramadan.
“Sembako di Sangatta ini kan semuanya dibeli dari luar. Kalau [pasokan] sedikit, harga langsung naik,” ujarnya.
Dia menyebut, kenaikan harga bawang sudah berlangsung sejak tiga pekan lalu. Kenaikan harga hampir merata di kalangan pedagang. Karena pedagang mengambil bawang dari agen yang sama.
Bawang merah maupun bawang putih didatangkan dari Pulau Jawa. Pedagang mengambilnya di Samarinda. Baik pedagang di Sangatta maupun Samarinda, membeli bawang dari distributor di Kota Tepian.
“Pasokan bawang ini kurang karena bawang hanya datang dari Jawa. Itu pun nyampenya hanya di Samarinda. Jadi kami tidak cepat-cepat ke Samarinda menunggu barang datang, kadang tidak kebagian,” keluhnya.
Seorang konsumen di Sangatta, Elia Marwa mengaku, kenaikan harga bawang berpengaruh terhadap uang belanja bulanan.
“Biasanya Rp 8 ribu dapat dua ons. Sekarang cuma dapat satu ons. Kalau beli sedikit, harga bawang bisa Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu per ons,” ucapnya.
Dia berharap rantai distribusi sembako ditata pemerintah agar pasokan bawang stabil. Dengan begitu, dapat memengaruhi dan menurunkan harga bawang.
Perlu Dilakukan Operasi Pasar
Kasi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim, Achmad Dony Evriady membenarkan kenaikan harga bawang merah dan bawang putih.
Dia menyebut, lonjakan harga sudah melampaui harga normal. Katanya, diperlukan langkah-langkah strategis untuk menurunkan harga komoditas tersebut.
“Laporan dari para kepala pasar saat ini, khusus bawang merah harganya sudah tembus Rp 50 ribu per kilogram. Ini sudah melebihi 100 persen dari harga sebelumnya. Kita akan segera menggelar operasi pasar,” tuturnya.
Kata dia, gejolak harga bawang merah dipicu cuaca ekstrem di Jawa. “Curah hujan tinggi. Banyak [bawang] yang rusak. Tentunya berimbas pada pasokan. Termasuk kuantitasnya. Sehingga harga melonjak tinggi,” ujarnya.
Permintaan yang cukup tinggi juga memicu kenaikan harga. “Kalau [harga bawang] tetap, tentu harus segera diambil langkah nyata,” tutupnya. (*)
Penulis: Ella Ramlah
Editor: Ufqil Mubin
Bawang Bima kuLitas super