PeristiwaTrending

Nissan di Ambang Kebangkrutan: Tantangan dan Spekulasi Akuisisi oleh Honda

Loading

Akurasi.id – Nissan Motor Co., salah satu produsen otomotif terbesar Jepang, menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Penurunan tajam penjualan di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat dan Cina, ditambah dengan tekanan dari produsen mobil listrik murah asal Cina, menempatkan perusahaan ini di ambang kebangkrutan. Situasi ini memicu spekulasi bahwa Honda, rival sekaligus mitra strategis Nissan dalam pengembangan kendaraan listrik, berpotensi mengambil alih perusahaan tersebut.

Dalam enam bulan pertama tahun fiskal ini, penjualan global Nissan turun 3,8% menjadi 1,59 juta unit. Pasar Cina, yang sebelumnya menjadi tumpuan utama perusahaan, mencatat penurunan penjualan sebesar 14,3%. Sementara itu, pasar Amerika Serikat juga tidak memberikan hasil yang menggembirakan. Kondisi ini membuat Nissan berada dalam posisi yang semakin sulit di tengah persaingan industri otomotif yang semakin ketat.

Produsen mobil listrik Cina seperti BYD, Chery, dan Geely kini mendominasi pasar global dengan produk-produk murah dan inovatif. BYD bahkan berhasil melampaui Tesla dalam pendapatan pada kuartal III 2024 dengan US$ 28,2 miliar, sementara Tesla mencatat US$ 25,2 miliar pada periode yang sama.

Baca Juga  Salurkan 25 Mesin Ketinting dan 192 Jaring Ikan, Reza Fachlevi: Semoga Tangkapan Ikan Nelayan Anggana Meningkat

Untuk merespons krisis ini, Nissan berencana memangkas kapasitas produksi global sebesar 20% dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 karyawan. Perusahaan juga mengurangi biaya produksi kendaraan listrik hingga 30% untuk tetap kompetitif dengan produsen Cina. Namun, langkah ini dinilai banyak pihak belum cukup untuk menyelamatkan Nissan dari ancaman kebangkrutan.

Jasa SMK3 dan ISO

Makoto Uchida, CEO Nissan, telah memotong gajinya sebesar 50%, sementara Kepala Keuangan Nissan, Stephen Ma, memilih untuk pensiun di tengah krisis ini. Meski demikian, langkah ini tidak mampu menenangkan pasar atau meredam kekhawatiran investor.

Baca Juga  PPKM Mikro Mulai Diberlakukan di 43 Kota Non Jawa Bali

Di tengah situasi sulit, Honda muncul sebagai potensi penyelamat Nissan. Kedua perusahaan telah menjalin kerja sama strategis untuk mengembangkan kendaraan listrik melalui perusahaan patungan yang diumumkan pada Agustus 2024. Namun, mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, menyatakan keprihatinannya bahwa kerja sama ini bisa menjadi “pengambilalihan terselubung” oleh Honda.

“Saya tidak bisa membayangkan kolaborasi antara Honda dan Nissan kecuali itu adalah pengambilalihan. Honda jelas akan berada di posisi dominan,” ungkap Ghosn dalam sebuah wawancara.

Meski demikian, Nissan belum memberikan tanggapan resmi terkait spekulasi ini. Juru bicara perusahaan hanya menyatakan bahwa mereka “tidak memiliki komentar untuk dibagikan.”

Situasi keuangan Nissan semakin memburuk dengan proyeksi utang mencapai US$ 5,6 miliar pada tahun 2026. Pejabat internal perusahaan, yang enggan disebutkan namanya, menyebut Nissan hanya memiliki waktu 12 hingga 14 bulan untuk bertahan. “Pada akhirnya, kami membutuhkan pasar Jepang dan Amerika Serikat untuk menghasilkan uang tunai,” ujarnya.

Baca Juga  Indonesia Dorong Millennials untuk Memahami Dialektika: Penguatan Pemahaman dan Kritis Berpikir

Dengan waktu yang semakin terbatas, Nissan menghadapi tekanan untuk menemukan solusi jangka panjang yang tidak hanya mampu menyelamatkan perusahaan, tetapi juga mengembalikannya ke posisi kompetitif di pasar global.

Nissan kini berada di persimpangan jalan yang kritis. Di satu sisi, restrukturisasi internal dan kerja sama strategis dengan Honda menjadi harapan untuk bertahan. Di sisi lain, spekulasi pengambilalihan dan meningkatnya tekanan dari produsen mobil listrik murah terus membayangi masa depan perusahaan. Jika langkah yang diambil tidak cukup cepat dan tepat, kebangkrutan mungkin menjadi kenyataan yang tak terhindarkan bagi Nissan.

Tantangan besar ini menjadi pengingat bagi seluruh industri otomotif bahwa adaptasi terhadap perubahan teknologi dan dinamika pasar adalah kunci untuk bertahan hidup.(*)

Penulis: Tama
Editor: Willy

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button