Akurasi.id – Perubahan iklim global dan penurunan keanekaragaman hayati berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan, menurut serangkaian studi terbaru. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan yang berubah tidak hanya meningkatkan prevalensi penyakit yang dikenal seperti DBD dan malaria tetapi juga memfasilitasi penyebaran penyakit baru melalui vektor seperti nyamuk.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa pemanasan global telah meningkatkan penyebaran nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue, dengan suhu yang lebih hangat mempercepat siklus hidup nyamuk dan memperluas habitatnya. Sementara itu, studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature menambahkan bahwa kehilangan keanekaragaman hayati mengintensifkan risiko penyakit dengan mengurangi efek pengenceran, di mana keanekaragaman spesies membatasi penyebaran patogen.
Secara tidak terduga, penelitian tersebut juga menemukan bahwa urbanisasi mungkin berkontribusi pada pengurangan risiko penyakit tertentu, yang diduga karena infrastruktur sanitasi yang lebih baik dan kurangnya inang alami penyakit di area perkotaan. Namun, efek ini tidak mengimbangi risiko yang meningkat akibat faktor lingkungan lainnya seperti perubahan iklim dan polusi kimia, yang keduanya berkontribusi pada peningkatan interaksi antar spesies dan transmisi patogen.
Kesimpulannya, penggabungan data dari hampir seribu studi menunjukkan kebutuhan mendesak untuk sistem kesehatan global agar lebih siap menghadapi dunia yang berubah, di mana penyakit menular menjadi lebih sering dan geografisnya lebih luas. Tindakan pencegahan, penelitian lebih lanjut, dan strategi adaptasi yang proaktif menjadi kunci untuk mengurangi dampak kesehatan dari perubahan lingkungan.(*)
Penulis: Ani
Editor: Ani