PeristiwaTrending

SQ321 dan Bayang-bayang Masa Lalu: Memahami Turbulensi dalam Sejarah Penerbangan

Dr. Paul Williams dari University of Reading Menunjukkan Bahwa Perubahan Iklim Dapat Meningkatkan Frekuensi Turbulensi

Loading

Akurasi.id – Turbulensi udara sering kali hanya dianggap sebagai penyebab ketidaknyamanan ringan selama penerbangan. Namun, kejadian pada SQ321 memberi peringatan keras bahwa akibatnya bisa sangat serius. Dalam insiden tersebut, turbulensi yang tiba-tiba dan hebat mengguncang pesawat dengan keras, menantang batas keamanan dan menguji ketenangan para penumpang. Kejadian ini menyoroti kerentanan penerbangan terhadap fenomena alam yang tak terduga dan menegaskan pentingnya protokol keselamatan yang ketat serta respons cepat dari awak kabin.

Kasus Fatal dan Serius

Dalam sejarah, tercatat beberapa insiden turbulensi yang berakibat fatal atau menyebabkan cedera serius:

  1. United Airlines Flight 826 (1997): Pesawat mengalami turbulensi parah di atas Samudera Pasifik, mengakibatkan kematian seorang penumpang dan cedera serius pada tiga awak kabin, menunjukkan betapa seriusnya dampak turbulensi pada keselamatan penerbangan.
  2. United Airlines Flight 1676 (2014): Turbulensi hebat menyebabkan enam penumpang dan dua anggota kru terluka, dengan satu pramugari yang harus dirawat di rumah sakit akibat kepalanya membentur panel langit-langit pesawat.
  3. Air France Flight 007 (1962): Pesawat kehilangan kendali dan jatuh akibat turbulensi parah, menewaskan 113 orang.
  4. Eastern Air Lines Flight 66 (1975):Pada 24 Juni 1975, Eastern Air Lines Flight 66 mengalami kecelakaan tragis yang mengakibatkan 113 korban jiwa. Meskipun secara teknis bukan disebabkan oleh turbulensi yang biasa kita kenal, kecelakaan ini terjadi akibat efek dari mikroburst atau downburst, yang bisa dikategorikan sebagai bentuk turbulensi parah.
Baca Juga  Cegah Wabah Corona Meluas, Polisi Putuskan Menutup Semua THM di Kutim

Mitigasi Risiko dan Keselamatan

Industri penerbangan telah mengadopsi berbagai langkah pencegahan untuk mengurangi dampak turbulensi, termasuk penggunaan teknologi canggih seperti radar dan LIDAR, serta protokol keselamatan yang mengharuskan penumpang mengenakan sabuk pengaman saat tanda sabuk pengaman menyala. Perencanaan rute yang cermat dan peringatan dini dari pusat kontrol lalu lintas udara juga sangat penting dalam menghindari area yang mungkin mengalami turbulensi hebat.

Baca Juga  Suhu Membara, Nyawa Melayang, Dampak Fatal Gelombang Panas di Thailand

Perubahan Iklim dan Prediksi Masa Depan

Studi terbaru oleh Dr. Paul Williams dari University of Reading menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi turbulensi udara jernih di masa depan, terutama selama musim panas dan gugur. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi keselamatan penerbangan dan operasional maskapai.

Pentingnya Kesadaran dan Kesiapsiagaan

Meskipun teknologi modern telah mengurangi jumlah cedera akibat turbulensi, fenomena ini tetap merupakan ancaman serius dalam penerbangan. Kesadaran dan kesiapsiagaan, baik dari awak penerbangan maupun penumpang, adalah kunci untuk menghadapi turbulensi dengan aman. Mematuhi petunjuk keselamatan, terutama mengenakan sabuk pengaman saat tanda dinyalakan, sangat krusial untuk keselamatan semua.

Baca Juga  Anggaran Pembangunan IKN Diblokir, Jokowi: Itu Urusan Pemerintah

Artikel ini mengingatkan kita tentang risiko yang terus ada dalam penerbangan akibat turbulensi dan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meningkatkan keamanan dan teknologi guna mengurangi risiko tersebut. Keselamatan penerbangan tetap menjadi prioritas utama dalam industri ini, terlepas dari tantangan yang ada.(*)

Penulis: Ivan
Editor: Ani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button