Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan 2025, Apa Kata Pemerintah dan Masyarakat?
Pro dan Kontra Wacana Libur Penuh Selama Ramadan

Jakarta, Akurasi.id – Wacana meliburkan sekolah selama bulan Ramadan 2025 tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan pemerintah. Isu ini mencuat setelah Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i mengungkapkan adanya wacana tersebut, meski belum menjadi pembahasan resmi pemerintah.
Rapat Lintas Kementerian Akan Bahas Keputusan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengatakan, keputusan terkait libur sekolah selama Ramadan akan dibahas dalam rapat lintas kementerian yang melibatkan Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PMK).
“Keputusannya bagaimana nanti menunggu setelah kami ada rapat gabungan bersama Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri yang dikoordinasikan oleh Pak Menko PMK,” ujar Mu’ti, Senin (13/1).
Aspirasi Masyarakat dalam Tiga Opsi
Mu’ti menyampaikan, masyarakat telah mengajukan tiga opsi utama terkait pola libur selama Ramadan:
- Libur Penuh Selama Ramadan
Siswa diliburkan sebulan penuh dengan pengisian kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat. - Libur Sebagian Waktu
Libur di awal Ramadan selama beberapa hari, kembali bersekolah di pertengahan Ramadan, dan libur lagi menjelang Idul Fitri. - Tanpa Libur Sepanjang Ramadan
Sekolah tetap berjalan dengan penyesuaian waktu belajar dan pelajaran berbasis keagamaan.
Pro dan Kontra di Kalangan Pemangku Kepentingan
Wacana ini memicu beragam pandangan dari tokoh agama dan pakar pendidikan. Menteri Agama Nasaruddin Umar mendukung usulan libur penuh dengan alasan agar siswa dapat lebih fokus beribadah, seperti menghafal Al-Quran dan mengamalkan amalan sosial. Namun, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tidak sepakat. Menurutnya, Ramadan bukan alasan untuk menghentikan aktivitas seperti sekolah.
“Puasa tidak menghentikan semua kegiatan. Saya kira tidak perlu libur panjang,” ujar Cak Imin.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menilai, pemerintah perlu menetapkan model libur yang jelas. Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mendukung libur penuh dengan catatan tetap ada kegiatan belajar berbasis keagamaan.
Tantangan Implementasi dan Usulan Alternatif
Pengamat pendidikan Universitas Paramadina, Totok Amin Soefijanto, menyoroti tantangan besar jika siswa diliburkan penuh. Ia mempertanyakan siapa yang akan membimbing siswa di rumah, terutama bagi keluarga dengan orang tua yang bekerja. Menurut Totok, siswa akan lebih terbimbing jika tetap ada sekolah dengan kegiatan padat rohani.
“Jadikan kegiatan sekolah bermakna dengan menyisipkan nilai-nilai agama. Puasa adalah ajang pembelajaran, bukan alasan bermalas-malasan,” kata Totok.
Sementara itu, Suyanto dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menawarkan skema libur sebagian waktu, yaitu satu pekan awal Ramadan dan satu pekan menjelang Idul Fitri. Ia juga menyarankan penyesuaian waktu masuk sekolah untuk mengakomodasi siswa yang berpuasa.
Madrasah Sudah Terapkan Libur Penuh
Libur penuh selama Ramadan sudah menjadi tradisi di pondok pesantren (ponpes). Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, hal ini sudah berlaku di lingkungan Kemenag, namun belum diterapkan di sekolah umum.
“Libur atau tidak, yang penting kualitas ibadah tetap terjaga,” tegas Nasaruddin.
Keputusan Akhir Ditunggu
Keputusan terkait libur sekolah selama Ramadan masih menunggu hasil rapat lintas kementerian. Pemerintah diharapkan mampu mengambil kebijakan yang mempertimbangkan kebutuhan masyarakat luas, termasuk prinsip inklusivitas untuk siswa nonmuslim di sekolah negeri.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy