Akurasi, Internasional. Gaza, Palestina – Konflik antara Israel dan Palestina semakin meruncing, memasuki fase yang semakin mengkhawatirkan dengan kelanjutan eskalasi kekerasan yang tampaknya tak terbendung. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang telah dikecam secara internasional, semakin dikritik karena dianggap mangkir dari tanggung jawabnya dalam menyelesaikan krisis dan mencari solusi damai.
Pada awalnya, konflik meletus pada 7 Oktober setelah serangan darah yang melibatkan Hamas di wilayah Israel selatan. Tanggapan Israel yang keras memicu serangkaian serangan udara dan operasi militer di Jalur Gaza, wilayah yang padat penduduk dan terjebak dalam konflik berkepanjangan.
Netanyahu, yang saat ini berada di tengah-tengah tekanan besar dari berbagai pihak, terutama setelah serangan terhadap rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Gaza, terus menghadapi kritik tajam. Komunitas internasional mengecam keras serangan-serangan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional.
Perdana Menteri Israel telah dikecam karena dinilai tidak melakukan langkah-langkah konstruktif untuk mengakhiri pertumpahan darah. Pernyataannya yang keras dan sikapnya yang kurang fleksibel dalam menghadapi tuntutan gencatan senjata semakin memperkeruh situasi. Banyak pihak menilai bahwa pendekatan keras Netanyahu justru memperpanjang penderitaan warga Palestina, terutama di Gaza yang menjadi sasaran serangan intensif.
Sementara itu, di Gaza, situasinya semakin membabi buta. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan penyembuhan malah menjadi sasaran serangan, meningkatkan risiko kesehatan bagi ribuan warga yang terluka akibat konflik ini. Pusat krisis kemanusiaan di Gaza semakin terhantui oleh kekurangan bahan bakar dan listrik, membuat rumah sakit kesulitan dalam memberikan perawatan yang memadai.
Rumah sakit Al-Shifa, yang seharusnya menjadi tempat aman bagi pasien dan staf medis, kini terjebak dalam serangan militer Israel. Berbagai laporan mengindikasikan bahwa serangan terkoordinasi yang menyasar fasilitas kesehatan ini telah menyebabkan kematian pasien, termasuk bayi prematur. Direktur rumah sakit, Atef Al Kahlout, menyatakan keputusasaan karena serangan tersebut menghancurkan sejumlah fasilitas vital dan menyebabkan krisis kesehatan yang semakin memburuk.
Sejumlah pihak, termasuk aktivis hak asasi manusia dan lembaga kemanusiaan internasional, menyerukan gencatan senjata segera dan akses humaniter yang tidak terhalang ke Gaza. Namun, sikap keras Netanyahu yang menolak berunding dan bersikeras pada pendekatan militer semakin mempersulit upaya perdamaian.
Dalam situasi ini, komunitas internasional terus mendesak untuk mencari solusi damai. PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan, tetapi implementasinya masih terbukti sulit karena ketidaksetujuan kedua belah pihak. Beberapa negara dan organisasi internasional juga telah menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam tindakan Israel yang dianggap melebihi batas-batas kemanusiaan.
Meskipun respons internasional semakin meningkat, belum ada tanda-tanda bahwa krisis ini akan segera berakhir. Dengan setiap hari yang berlalu, kesejahteraan warga sipil, terutama anak-anak dan kelompok rentan lainnya, semakin terancam. Sementara itu, tantangan besar tetap berada di pundak pemimpin-pemimpin regional dan dunia untuk menemukan solusi yang dapat menghentikan pertumpahan darah ini dan membawa perdamaian yang sangat dibutuhkan ke Timur Tengah.(*)
Editor: Ani